Harian South China Morning News mengabarkan bahwa Abe kembali duduk di kursi pemerintahan dengan membawa segudang agenda nasionalis garis keras. Meski menekankan lebih banyak mengusung isu perbaikan ekonomi, nyatanya pemerintahan Abe banyak menunjukkan wajah politik internasional yang cukup keras.Â
Dalam tahun-tahun pemerintahannya, Jepang secara aktif bersengketa dengan pemerintah Tiongkok terkait kepemilikian pulau Senkaku-Diaoyu. Selain sengketa, Pemerintahan Abe juga mendulang kontroversi setelah mengaktifkan kembali angkatan bersenjata aktif yang selama ini dilarang dalam artikel 9.Â
Sikap keras pemerintahan Abe juga terlihat ketika pada 2019 silam ia memasukkan Korea Selatan dalam daftar hitam perdagangan akibat sengketa kasus kejahatan perang jugun ianfu yang belum selesai hingga keberadaannya sebagai penasihat bagi kelompok sayap kanan populer di Jepang, Nippon Kaigi.
Melihat wajah ultranasionalistik yang menjadi perbedaan tajam antara Abe dengan pendahulunya, tidak dapat dipungkiri bahwa peluncuran proyek Cool Japan tidak memiliki maksud yang berbeda dengan corak pemerintahan Abe.Â
Dalam pidatonya Abe mengungkapkan bahwa Cool Japan bertujuan untuk memperkenalkan wajah Jepang yang hangat melalui budaya. Meskipun terkesan pasifis, ditenggarai terdapat ambisi Abe untuk nembangkitkan kembali kekuatan pengaruh internasional Jepang yang menurutnya sedang "tertidur".Â
Penggunaan kata "tertidur" sendiri bukanlah sebuah metafor biasa. Hal tersebut cukup akurat untuk menggambarkan ketertinggalan budaya populer Jepang ketika Korean Wave mulai mendapat tempat di benua Asia.
Beberapa proyek Cool Japan sengajar diarahkan langsung untuk bertarung dengan produk serupa dari Korea Selatan seperti musik dan drama.Â
Hal ini dibuktikan dengan adanya porsi pendanaan bagi grup idola populer Jepang AKB48 untuk berekspansi di Filipina dan Thailand. Selain kedua hal tersebut, Cool Japan juga diarahkan untuk mendukung mempromosikan anime dari studio-studio terkemuka seperti Ghibli dan Pierrot Works.
Disengaja atau tidak, peluncuran Cool Japan juga hadir bersamaan dengan munculnya gerakan ultranasionalis sayap kanan di Jepang yang gencar menolak "invasi" hallyu di negara mereka.Â
Dua tahun sebelum Cool Japan benar-benar diluncurkan, telah ada demonstrasi besar-besaran memprotes Fuji TV yang dianggap terlalu banyak menayangkan drama Korea. Tidak lama setelah itu, salah satu figur televisi Jepang Matsuko Deluxe secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap K-pop.
Puncaknya musisi K-pop dilarang total untuk tampil dalam acara festival musik tahunan prestisius, Kohaku yang turut dipengaruhi oleh insiden Dokdo-Takeshima. Larangan musisi K-pop untuk tampil di Kohaku akhirnya dicabut pada tahun 2017.Â