Menurut Cohen dalam A Genesis of Conflict, konflik antar etnis (sebagai prasyarat terjadinya genosida) dapat terjadi jika adanya struggle atau perebutan besar dalam hal sumber daya ekonomi dan politik. Wamena memang pernah terkungkung dalam sejarah konflik berdarah dengan corak dan skala yang hampir sama pada tahun 2000 silam.
Namun setelah 19 tahun hingga siklus konflik terulang, kohesi sosial di Wamena tergolong cukup terjaga. Hanya saja menurut peneliti LIPI sekaligus koordinator Jaringan Damai Papua, Adriana Elisabeth adanya keengganan dari pemerintah untuk menyelesaikan kasus diskriminasi dan hak asasi manusia di masa lampau kembali memantik aksi kerusuhan.
Secara kasar, aksi pembunuhan keji oleh beberapa oknum perusuh dapat diterjemahkan sebagai pelampiasan amarah terhadap pemerintah pusat alih-alih menyasar kelompok etnis tertentu. Beberapa kasus tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Papua seperti peristiwa Tolikara pun disinyalir tidak lepas dari ketidakpekaan pemerintah.Â
 Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit menyatakan bahwa peristiwa Wamena ini hendaknya dijauhkan dari praduga-praduga motif SARA.
 Banyak pengungsi dari berbagai daerah di posko pengungsian Makodim Wamena. Ini bukanlah konflik etnis. Hindari provokasi, jangan terprovokasi. Jangan sebar informasi yang menimbulkan konflik. Kita doakan situasi kembali normal. Semoga aparat keamanan bisa mengatasi persoalan ini.  - Nasrul Abit-
Menyayangkan Hidayat Nur Wahid
Sebetulnya bukan kali ini saja Hidayat Nur Wahid bermasalah dengan aktivitas di media sosial. Beberapa waktu lalu pak HNW juga pernah mencuit hoax terkait dengan alm. K.H Maimoen Zubair dan peristiwa penyerangan terhadap mobil operasional PKS.
Meski belum mengarah terhadap upaya penggunaan selang pemadam kebakaran atau Firehouse of Falsehood, agak mengkhawatirkan bahwa aktivitas media sosial beliau sepertinya lebih banyak mengarah diarahkan untuk kepentingan politik dibandingkan dengan kepentingan bangsa. Â
Sebagai bagian dari petinggi lembaga negara yang bertanggungjawab dalam pemasyarakatan nilai-nilai bernegara, polemik pernyataan tersebut haruslah ditutup dengan klarifikasi dan permintaan maaf. Isu-isu terkait SARA terbukti masih merupakan sumber bahan bakar utama dari konflik-konflik yang ada di Indonesia.
Penggunaan simbol-simbol identitas yang dipertontonkan secara nyata di kontestasi pemilu yang lalu sedikit banyak telah mempengaruhi fondasi kesatuan negara dalam rangkaian perbedaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H