Mohon tunggu...
Hendrie Santio
Hendrie Santio Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Serabutan

Seorang Serabutan yang mencoba memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kampanye Hitam dan Fenomena "Relawan Kamikaze"

11 Maret 2019   18:10 Diperbarui: 11 Maret 2019   18:55 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau pada masa perang dunia kedua keberanian mati para pasukan Jepang ini adalah mati secara harafiah maka berani mati pada masa kampanye ini maksudnya adalah berani masuk penjara kira-kira seperti itu. Kembali ke soal fenomena relawan, sebagai eksekutor kampanye yang tidak begitu dekat dengan lingkaran kandidat dan konsekuensinya adalah tidak mendapat kompensasi sebagai imbal dari kerelawanannya tersebut, faktor motivasi fanatisme menjadi lebih kentara.

Bangkitnya populisme agama yang coba digunakan oleh salah satu kandidat ditambah produk hukum (ius electionis) yang turut menyemai polarisasi serta konflik-konflik kepentingan di masa lampau turut menyumbang motivasi fanatisme yang melahirkan fenomena relawan nirlogis ini, dimana partisipasi demokrasi tidak lagi serta merta untuk membawa kebaikan bagi negeri (political benevolence) namun hanya sekedar pemuasan ego sektoral.

Hal ini dapat direfleksikan bahwa upaya kampanye hitam secara sengaja ini akibat ketidaksukaan berlebihan terhadap rival kandidatnya atau lebih bahaya lagi, melakukan kampanye hitam dianggap sebagai jalan mulia.

Kemunculan relawan berani mati ini juga serta merta turut mempengaruhi kualitas demokrasi ideal yang terakomodasi dalam penegakan hukum, namun suka tidak suka lanskap politik selalu lebih mengendalikan hukum betatapun bagaimana model pemisahan kekuasaan dalam demokrasi.

Hal ini yang menimbulkan konsekuensi lanjutan yaitu delegitimasi perangkat negara sebagai contoh penangkapan masif kepada para pelaku pidana dalam konteks kontestasi politik dapat menimbbulkan efek domino berupa distorsi persepsi bagi perangkat negara oleh masyarakat, misalnya seperti tuduhan KPU curang atau polisi menjadi tongkat pemukul pemerintah.

Tantangan Bagi Pemilu yang Damai

Hari-hari kampanye pemilihan presiden tidak dilalui tanpa adanya kegaduhan dan saling lempar fitnah di akar rumput plus politisasi agama berupa adu kuat dukungan tokoh agama (ulama), atau latar belakang kesalehan kandidat yang tidak berkorelasi langsung dengan kemampuan memimpin negara.

Kemunculan fenomena relawan berani mati ini turut memperkeruh harapan kita menuju pemilu yang damai atau lebih berat lagi, pemimpin yang terlegitimasi secara layak. Perilaku elite yang tidak mengedepankan kepentingan bangsa telah mendorong sekelompok orang menjadi aktor politik yang destruktif bagi kemaslahatan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun