Tim Nasional Belgia sedang mencapai masa keemasannya setelah berhasil melenggang ke semifinal piala dunia 2014. Tak pelak salah satu kunci keberhasilan Belgia saat ini adalah pembibitan pemain potensial yang menjadi tulang punggung tim mengarungi berbagai kejuaraan. Dari pembibitan pemain muda potensial ini muncul nama-nama seperti Eden Hazard, Jan Vertonghen, Toby Aiderwield, dan pemain yang bisa dibilang sebagai pemain terbaik mereka yaitu Kevin De Bruyne. Â
Sejarah dari keberhasilan program pembibitan pemain muda ini dimulai dari keinginan Belgia untuk bisa bersaing dengan negara-negara tetangga mereka seperti Belanda dan Jerman. Pada euro 2000, hasil kontras yang mereka tuai dibandingkan Belanda sebagai sesama penyelenggara membuat asosiasi sepakbola mereka melakukan perombakan total.Â
Michel Sablon adalah orang penting dibalik revolusi persepakbolaan ini. Ia yang menginisiasi program revolusi taktik dan pelatihan pemain muda serta mengenalkan kultur sepakbola menyerang, sesuatu yang sangat bukan belgia sebagai tim kecil waktu itu. Selain itu ia juga mendorong klub-klub sepakbola di sana untuk mereduplikasi program pemain mudanya serta meningkatkan investasi di bidang pencarian bakat.Â
Klub sepakbola seperti Anderlecht dan Club Brugge adalah dua dari 34 total tim yang menerapkan kebijakan tersebut, menangguk untung dari ekspor pemain macam Adnan Januzaj yang dipinang Manchester United atau Youri Tielemans, sekarang di AS Monaco. Meskipun telah mendorong reformasi pelatihan pemain muda, ada faktor X yang mengakselerasi keberhasilan program ini terhadap kemajuan sepakbola Belgia.Â
Kekayaan kultural yang dibawa oleh para imigran yang bermukim di Belgia turut menambah amunisi bakat yang bisa dilatih dan dikembangkan menjadi pemain kelas dunia. Nama-nama seperti Romelu Lukaku, Christian Benteke, dan Nacer Chadli merupakan pemain yang menempuh kerasnya kehidupan sebagai imigran sebelum mengorbit sebagai pemain bintang timnas Belgia. Keberhasilan Asosiasi Sepakbola menembus sekat kultural diyakini menjadi harga mati untuk meramu skuat berkualitas.Â
Tantangan Regenerasi
Namun keberhasilan melahirkan generasi emas ini seakan kembali menjadi tantangan manakala dihadapkan dengan keharusan meregenerasi. Beberapa pemain dari generasi emas ini akan menempuh masa pensiun atau mencapai umur puncak. Seperti Vincent Kompany yang sudah berusia 32 tahun dan dipastikan pensiun dari timnas usai pergelaran piala dunia.Â
Adapula Dries Mertens yang sudah berusia 31 tahun meski baru menginjak puncak permainannya, serta Eden Hazard dan De Bruyne yang sudah berusia 27 tahun. Praktis hanya tinggal Januzaj, Batshuayi dan Tielemans yang berusia dibawah 25 tahun. Rerata umur pemain Belgia yang bermain di Piala Dunia mencapai angka 27,6 tahun atau menempati urutan ke 13 dari tim-tim peserta lainnya.Â
Menjadi sebuah lubang besar bagi timnas Belgia untuk menemukan pemain penerus dari Eden Hazard dan Kevin De Bruyne ini sementara kualitas Tielemans apalagi Januzaj belum mencapai standar pemain kelas dunia. Padahal beberapa negara lain terlihat mulai mengalami musim semi bagi perkembangan timnas mereka, sebut saja Islandia dan Inggris yang kembali muncul di percaturan sepakbola eropa. Â
Melihat nama-nama di atas bakal mengisi skuat Belgia untuk piala dunia 2022, tentu sulit untuk membayangkan bisakah mereka melaju ke Semifinal lagi atau kembali mengalahkan Brasil misalnya. Dengan hanya berpenduduk 11 juta orang, talenta yang dikumpulkan tentu tidak bisa sebanyak negara-negara lain seperti Jerman yang berpenduduk 80 juta.Â
Namun Belgia bisa belajar dari Kroasia yang terus mengeluarkan pemain bagus walau hanya berpenduduk 4,5 juta orang. Ini jadi PR buat Belgia untuk bisa mempertahankan eksistensi pabrik pemain bintang mereka, namun lebih-lebih untuk Indonesia yang memiliki bahan baku (pemain potensial) yang melimpah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H