Mohon tunggu...
Aonul Hilmi
Aonul Hilmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Apapun kesulitannya pasti ada jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesehatan Mental dalam Perspektif Tasawuf

7 Januari 2024   16:34 Diperbarui: 7 Januari 2024   16:37 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembicaraan masalah mental tidak dapat dipisahkan dengan masalah spiritual yang mengandung makna semangat yang tumbuh dari individu hingga dapat diketahui potensi dirinya dan tampak energi fisiknya sebagai jasmani yang energik. Masalah mental dan spiritual tercakup dalam jiwa karena gambaran segala sifat, watak, pembawaan ada pada jiwa.

Dalam pandangan tasawuf, jiwa manusia mencakup unsur-unsur roh, akal, nafs, dan qalb. Untuk itu, kesehatan mental adalah kesehatan yang mencakup totalitas rohani yang mencakup unsur-unsur tersebut. Dalam pandangan tasawuf, roh itu bagaikan lampu, sedangkan kehidupan laksana cahaya. Gerakan roh dan penyebarannya ke seluruh tubuh bagaikan gerakan lampu di dalam rumah. Inilah yang dimaksud dengan kata "roh" oleh para dokter. Akan tetapi, para dokter, yang ingin membimbing roh menuju wilayah suci, tidak menerima makna ini. Arti kedua dari makna roh adalah latifatul mudrigah atau sebuah organ pengetahuan. Inilah yang disebut Al-Qur'an, "Katakanlah bahwa roh itu urusan Tuhan!" (Q.S. Al-Isra [17]: 85)

Pembicaraan masalah roh berhubungan juga dengan pembicaraan qalb (hati). Qalb merupakan entitas rohaniah yang sulit dipahami oleh akal. Qalb (hati) yang menjadi wadah anugerah Allah dan substansinya spiritual, sesungguhnya adalah esensi manusia. Kaum sufi sepakat bahwa mustahil memahami esensi roh melalui akal diskursif, karena akal tidak sanggup memahami cahaya-cahaya abstrak atau al-anwarul mujarrad. Cahaya-cahaya hanya dapat dipahami melalui penyingkapan spiritual atau melalui rahmat Allah. Oleh karena itulah, kaum sufi memperoleh ma'rifat, dengan kata lain, cahaya murni dan kesunyian menyeluruh.

perspektif tasawuf yang dimaksud, dengan konotasi sebagai pembinaan kesehatan mental. Dan, para sufi telah memberi rambu-rambu pada tasawuf akhlaqi. Dalam upaya pembinaan kesehatan mental, tasawuf akhlaqi merupakan pembinaan kesehatan mental, yang dikemas dalam beberapa hal.

Pertama, pembinaan kesehatan mental harus dimulai dengan menjalani takhalli, yaitu mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela, misalnya mengosongkan dari nafsu, kenikmatan duniawi, dan segala kemaksiatan. 

Kedua, membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Maksudnya, jiwa yang telah dikosongkan kemudian diisi atau dihiasi (tahalli) dengan sifat-sifat terpuji, misalnya tobat, khauf dan raja, zuhud, faqr, sabar, rida dan muraqqabah. 

Ketiga, adalah tajalli. Yang dimaksud tajalli adalah limpahan karunia atau rahmat dari Tuhan ke dalam jiwa manusia setelah melalui fase takhalli dan tahalli.

Metode untuk memperoleh tajalli dilalui dalam bentuk latihan-latihan rohaninya (riyadhah), secara bertahap melalui fase-fase maqamat dan ahwal dengan tujuan ma'rifat kepada Allah SWT. Maqamat dan ahwl dalam tasawuf terdiri atas tobat, zuhud, faqr, sabar, syukur, rida, tawakal, uns, dan sebagainya.

Melalui proses-proses di atas, seseorang akan dekat (qurb) dengan Tuhan. Kedekatan dengan Tuhan membuat kondisi kejiwaannya menjadi tenang dan ketenangan inilah yang sangat kondusif bagi terwujudnya mental atau jiwa yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun