Manusia berakal Budi akan memiliki kemampuan untuk hidup dalam keseimbangan. Ia memiliki kemampuan untuk mengendalikan kekuatan yang berasal dari dalamnya juga dari luar dirinya.
Pertobatan budaya
R. Descartes: Co Gito ergo sum: saya berfikir maka saya ada barangkali menjadi kekuatan bagi kita untuk memperbaiki diri kita dalam ranah otokritik mendalam untuk membedah dan menentukan diri kita yang dihendaki maksud dan nilai-nilai kearifan lokal kita masing-masing.Â
I.kant: manusia adalah binatang yang berfikir. Semoga point refleksi dari I.Kant memberikan kekuatan bagi kita untuk melawan kecenderungan kebinatangan kita serta menaikan kita kembali pada martabat manusia yang sesungguhnya.
Kedua point refleksi dari para filsuf ini memampukan kita untuk memperbaiki kualitas diri kita minimal membantu proses pembentukan akal Budi Kritis terhadap apa yang ada.
Semoga kita mampu bangkit dari kenyamanan yang tidak manusiawi ini menuju manusia yang murni manusia, bukan manusia yang dibudaki hawa nafsu dan naluri kebinatangan kita.
Dengan demikian kita akan dikembalikan pada paradigma dan kesadaran bahwa manusia itu adalah ciptaan yang mengendalikan hidup dirinya terhadap kenikmatan yang datang merayu,menawar, menyamankan, hingga merusak dan mencabik-cabik harga dir dan kehormatan manusia.
Semoga....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H