Mohon tunggu...
Faizin
Faizin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

"Untuk mengetahui masa lalu seseorang harus menemukan bukti yg ada pasa masa kini dan untuk mengetahui masa kini seseorang harus menyelam kembali ke masa lalu" (Anamofa, 2017) .

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sejarah Soto sebagai Kuliner Khas Indonesia: Akulturasi dan Penyebaranya

7 Juli 2022   11:02 Diperbarui: 7 Juli 2022   11:10 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Liputan6.com

Siapa sih yang tidak mengenal kuliner soto? Kuliner ini hampir ada di setiap daerah di Indonesia. Lantas bagaimana kuliner ini bisa begitu populer di lidah orang Indonesia? Dan bagaiamana sejarahnya dulu? Pertanyaan-pertanyaan di ataslah yang akan dibahas dalam penulisan ini.

Kepopuleran soto di Indonesia ini bisa dilihat dari banyaknya varian soto yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Profesor Murdijati Gardijito seorang guru besar Universtias Gajah Mada menyebutkan bahwa ada 75 varian soto yang tersebar di Indonesia, 81,33 persen atau 61 jenis dari total tersebut tersebar di Jawa dan Madura (Ramadhan, 2021). Sisanya tersebar di Sumatera, NTB, Sulawesi dan Kalimantan.

Jika menelusuri jejak sejarah kepenulisan tentang soto, maka kita akan dibawa dengan satu catatan kaki dari karya Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Silang Budaya bagian II, yang tertulis di dalamnya bahwa soto berasal dari Tiongkok yang bernama Caudo (Jao To) (2005: Vol. 2. h.320; ft.1360). Lebih lanjut dalam buku tersebut dijelaskan bahwa soto pertama kali populer di wilayah semarang pada abad 19.

Pada masa lampau pelabuhan menjadi tempat dengan moblitas tertinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya orang yang lalu lalang untuk berdagang, pergi atau datang untuk berkunjung ke suatu daerah.

Budiyanto menjelaskan awal populernya soto di Semarang dengan menelusuri jejak-jejak pelabuhan di wilayah utara Semarang pada masa lampau. Di pelabuhan yang semakin ramai menuntut warung-warung di dekat pelabuhan untuk menghidangkan makanan cepat saji untuk orang yang berada di pelabuhan (Kusumawardhani & Budiyanto, 2013).

Masalah waktu menjadi hal utama untuk hal ini. Hal inilah yang dalam penelitian Budiyanto menyimpulkan bagaimana Jao To bisa mudah di terima oleh kalangan masyarakat pesisir pada masa lampau. Selain juga rasanya yang sesuai dengan lidah orang Indonesia.

Hidangan soto saat pertama kali diperkenalkan di Indonesia tidak seperti yang kita kenal saat ini. Soto saat ini sudah mendapat banyak modifikasi dari chef-chef lokal di berbagai daerah di Indoneisa. Bahkan saat ini bisa kita lihat bahwa hidangan soto dari satu daerah ke daerah lainya berbeda-beda.

Menelusuri asal muasal soto pada masa lampau saat diperkenalkan di Indonesia, tidak ada salahnya jika kita melihat bagaimana hidangan  Caudo (Jao To) di China dulu. Sesuai dengan arti katanya Caudo yaitu jeroan, Caudo disajikan dengan jeroan babi, sapi, kerbau dan hewan berkaki empat lainya. Jeroan tadi pastinya juga dicampur dengan kaldu dan diberi rempah-rempah harum (Basoni, 2019).

Budiyanto (2013) lebih jelas dalam artkikelnya menjelaskan tentang permutasian bumbu  soto yang ada di Jawa tengahan, Betawi dan Madura. Dia juga menambahkan Jao To dan Sup Kimlo dalam usaha melacak persamaan dalam permutasian bumbu yang ada dalam soto-soto di daerah tersebut.

Disitu ditemukan perbedaan mencolok antara soto Madura dan soto Betawi dengan soto Jawa Tengahan. Budiyanto menjelaskan bahwa soto Madura dan soto Betawi lebih dekat dengan kare khas India dan Arab di banding dengan Jao To dan sup Kimlu dari Tiongkok. Sedangkan soto jeroan Jawa Tengahan dan soto ayamnya banyak dipengaruhi dari Jao To dan sup Kimlu.

Kesimpulan tersebut diambil dari komposisi bumbu, kekentalan kare dan kekuatan rasa dari ketiga soto dari daerah tersebut (Kusumawardhani & Budiyanto, 2013).

Soto zaman sekarang tidak sama dengan soto pada zaman dulu. Mulai berkembangnya zaman dan ilmu gastronomi yang semakin maju, orang-orang lokal di berbagai daerah di Indonesia mulai mengkreasikan soto sesuai seleranya masing-masing.

Hal yang sangat mencolok dari pengkreasian tersebut adalah topping nya. Tapi selain itu, ternyata ada juga pengaruh Eropa dalam makanan soto. Pengaruh Eropa tersebut dapat kita lihat dari tambahan ketumbar, seledri dan kubis. Adapun tambahan seperti kerupuk udang dan bawang merah berasal dari Tiongkok.

Daftar Pustaka

Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya. Vol. 2. Jakarta: Gramedia.

Basoni, S. (2019). Diadaptasi dari Kuliner China dan Diracik dengan Bumbu Lokal Jadi Sajian Unik. detikfood. https://food.detik.com/info-kuliner/d-4432784/diadaptasi-dari-kuliner-china-dan-diracik-dengan-bumbu-lokal-jadi-sajian-unik

Kusumawardhani, I., & Budiyanto, A. (2013). Menyantap Soto Melacak Jao To Merekonstruksi (Ulang) Jejak Hibriditas Budaya Kuliner Cina dan Jawa. https://www.academia.edu/5523660/Menyantap_Soto_Melacak_Jao_To_Merekonstruksi_Ulang_Jejak_Hibriditas_Budaya_Kuliner_Cina_dan_Jawa

Ramadhan, M. (2021, September 11). Ini Perbedaan Soto dari Berbagai Daerah di Indonesia Halaman all. KOMPAS.com. https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/11/081700865/ini-perbedaan-soto-dari-berbagai-daerah-di-indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun