Peristiwa tawuran masih marak terjadi di para remaja. Seperti yang baru-baru ini terjadi pada Minggu 4 Desember 2022 di Kota Surabaya, yang mana tawuran tersebut melibatkan 26 remaja.
Menanggapi hal tersebut, sosiolog Musni Umar mengatakan bahwa maraknya tawuran di kalangan remaja disebabkan belum efektifnya sistem pendidikan di Indonesia untuk membentuk akhlak dan prestasi.
"Karakter moral itu seperti anak-anak kita, anak didik kita mengikuti aturan, beriman dan bertakwa, tindakan itu harus dilakukan setiap hari," ujarnya.
Dampak kegagalan dalam pembentukan karakter yaitu siswa yang mudah terpengaruh. Salah satunya terkait dengan pertempuran yang masih umum karena didasarkan pada akses.
Menurut Musni, tujuan pendidikan pada dasarnya adalah pengembangan karakter. Ketika karakter terbentuk, anak dapat dengan mudah mengambil tindakan positif.
"Jadi pembentukan karakter moral ini tidak berhasil. Itu sebenarnya alasan yang kita lihat pada anak-anak," jelas Musni.
Menjadikan manusia yang bertakwa, beriman dan bermanfaat merupakan akhlak yang sangat perlu untuk dikembangkan. Selain itu, pembentukan karakter tidak hanya terjadi di sekolah tetapi juga di rumah. Oleh karena itu lingkungan juga sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan karakter warga negara, khususnya para pemuda yang merupakan pengikut bangsa.
Musni menekankan sistem pendidikan Indonesia yang masih belum jelas. Pemerintah harus fokus pada pembangunan karakter dalam dunia pendidikan.
"Setiap berganti menteri harus seperti ini, tidak terpusat. Karakter moral ini sangat penting. Seperti di Jepang yang membuatnya sangat disiplin karena karakternya dibangun," tutupnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H