Ya... Kembali pada bahasan manusia, yang sejatinya tidak akan pernah berhenti membuat semesta tercengang. Realitas saat ini adalah kesadaran mutlak, dipengang dan dipercayai oleh mayoritas masyarakat "miskin ingin tahu". Dramatisasi diantara sekat-sekat hiburan dan pengetahuan, yang intinya keduanya tidak bisa dibedakan lagi. Mencirikan kualitas individu dihantam keabsurdan kenyataan.
Kembali pada realitas kehidupan, sebagai tempat pembuktian siapa yang paling bodoh. Dengan arogansi menjatuhkan kelompok yang bodoh, oleh  kelompok bodoh. Persaingan itu dibarengi dengan kelompok lain yang menikam satu sama lain dengan pisau kebodohan. Ternyata semuanya berebut altar kebodohan, sebagai tempat terhormat bagi unversum kebodohan skala mayor.
"Ohhh Tidak.... kelompok itu hebat sekali  menumpas kepintaran, dan melanggengkan kebodohan diatas atas dan atas kebodohan."
Aku lah yang bodoh, yang mendaku paling bodoh.
Kamu yang bodoh, yang bisa mengontrol kebodohan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H