“Kau bertanya seolah aku ini orang
asing bagimu” pungkas si cermin
“ Manusia terkadang terlalu
sombong menilai keburukan-keburukan orang
lain, padahal ia sama sekali tidak tahu siapa dirinya. Seharusnya ada titik
manusia merenung tentang hakikat hidup, bukan hanya menghasilkan uang dan
melupakan jerih payah , proses dan keringat. Hidup bukan seperti kopi sachet,
tinggal seduh lalu siap untuk dinikmati dan kadang tanpa kau sadari pertanyaan
dari teka-teki hidup ada di dalam dirimu sendiri” jelas cemin
Lalu Kirana menghela nafas sejenak, mencerna segala
perkataan yang diungkapkan oleh si cemin. Tiba-tiba terlintas pertanyaan yang
selama ini selalu menggangu pikiranya.
“Lalu kenapa manusia sering berbuat
seperti itu, maksudku dia lebih mengenal orang lain ketimbang dirinya?” guman
Kirana
“Setiap manusia pasti pernah
merasakan kesendirian, proses seperti itu sebenarnya titik manusia harusnya
bertanya tentang siapa dirinya. Manusia lebih sering lari dari kesendirian,
atau malah berkata dia terlalu sibuk dan tidak ada waktu untuk menjadi diri
sendiri apalagi memaknai kesendirian. Aku jarang sekali mendengar manusia
melakukan pengakuan dosa dengan berkata “Maaf Tuhan, kami terlalu sibuk hingga
aku tidak bisa mengenal diri sendiri bahkan tak sempat memikirkan Mu, padahal
diri Mu tidak pernah sekalipun abai terhadap kebutuhan kami”.
Sekarang tinggal keputusan mu Kirana, mau
menjadi orang yang lari atau menghadapi, mau menjadi sok sibuk atau terlalu
sibuk untuk sekedar melihat disekelilingmu.
Ingat apa yang ada diluar bisa saja menghujam mu bak samurai, tetapi
tidak ada yang bisa menghancurkan apa yang ada di dalam benak, kecuali jika
hati nuranimu lah yang membunuh benakmu sendiri” tegas si cermin.
“ Lalu apa yang harus aku lakukan,
aku sudah memutuskan disini, kadang aku menyesal, tetapi aku tidak tahu jalan
mana atau bagaiamana aku harus bergerak, aku seperti musafir yang kehilangan
arah” ungkap Kirana sambil menahan air mata
“Aku bahkan telalu bingung untuk
sekedar menentukan langkah, ketakutan selalu menghantui, ini benar atau salah.
Harus berlari atau dihadapi, ini terlalu kompleks dan aku tidak pernah
menghadapi ini. Kurasa hanya ada dua pilihan,…
“Apa?” tanya si cemin
“MATI DENGAN CARA SENDIRI ATAU
DISINI MENUNGGU MATI KARENA KEBOSANAN”
Sang cemin pun menahan nafas, lalu
berkata
“Kirana, ya benar kamu adalah
perempuan nekat” jawabnya tenang.
______(Besambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H