Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tak Ada Lagi Cinta

1 Mei 2023   19:58 Diperbarui: 1 Mei 2023   20:02 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar oleh Deflyne Coppens@ Pixabay.com 

"Mau kamu apa sih, Mas? Aku harus bagaimana? Apa aku harus seperti Mbak Tia iparmu? Apa-apa nurut sama ibumu? Aku kan juga punya cara sendiri merawat keluargaku. Jangan dibandingkan, dong! Beda kepala beda isi, Mas!" protes Cinta.

"Kamu memang susah diatur, perempuan itu harus nurut sama suaminya! Sampai kapan pun, aku tetap anak Ibu. Aku nggak mungkin menolak perintah Ibu! Paham kamu?" bentak Reihan.

"Tapi aku punya cara sendiri untuk menyayangi keluargaku. Aku punya cara sendiri mengatur rumah tanggaku ...!"

"Sudah! Jangan ngeyel! Selamanya kamu nggak akan mau nurut sama aku! Terserah! Aku sudah muak dengan sikapmu!"

Reihan berlalu dari hadapan Cinta. Sementara, wanita itu hanya berdiri termangu atas keadaan yang terjadi. Ia tak dapat berkata apa-apa lagi.

Ternyata, bukannya menunjukkan kebaikan dan kesabaran, Cinta malah bertindak gegabah dengan berbuat semaunya di depan ibu mertuanya. Orang tua mana yang tidak kecewa saat melihat anaknya diperlukan tidak baik oleh menantunya.

Saat Reihan pulang dari kantor, bukannya sambutan mesra dari sang istri dan minuman hangat yang disediakan, Cinta malah berangkat ke sanggar senam. Hal itu sengaja dilakukan Cinta untuk membalas perlakuan Reihan yang tidak mengizinkan Cinta masuk kamar utama lagi. Sudah dua bulan Cinta tidur di kamar anak-anak, Reihan melarangnya tidur di kamar utama dengan alasan capai, butuh waktu dan ruang sendiri.

"Cinta, suamimu baru pulang. Harusnya kamu sambut dulu, siapkan minuman dan makanan, dia pasti lelah," tutur ibu mertua Cinta.

"Mas Reihan bisa ambil sendiri, Bu. Dia sudah biasa tidak dilayani. Paling-paling makannya juga malam," jawab Cinta sambil berlalu. Ibu Reihan hanya mengelus dada melihat tingkah menantunya.

Perselisihan makin sering terjadi, tidak ada yang mau mengalah karena masing-masing bertahan pada egonya sendiri. Cinta tidak mau disalahkan atas kondisi rumah yang berantakan. Dengan alasan pembantu yang tak becus mengurus rumah dan uang belanja yang kurang. Atau karena mertua terlalu ikut campur mengatur rumah tangga mereka.

"Apa aku salah? Salah sendiri Ibu tinggal di sini! Sudah tahu menantunya ini pemalas masih saja ingin menetap di sini. Suruh saja ke rumah kakakmu! Aku juga sudah bosan diatur-atur!" Cinta tidak segan berkata begitu di depan suami dan mertuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun