Tak berhenti di situ, saya juga menelepon teman yang akhir-akhir ini akrab dengan DS. Sebut saja namanya SN. Dari SN ini saya mendapat bantuan untuk bisa kroscek ke teman lain, apakah benar nomor DS ini benar-benar nomor teman kami.Â
Antara percaya dan tidak, DS teman yang dulu saya kenal baik dan saleh, apakah iya sekarang akan tega menipu temannya?
Meskipun masih ada keraguan apakah DS benar-benar teman saya, tetap sambil saya berusaha mencari informasi lebih lanjut. Saya pertahanan komunikasi dengan DS siang itu. Saya berusaha mengikuti skenarionya.Â
DS meminta saya seolah menjadi pemenang tender pada lelang barang-barang elektronik yang baru saja diadakan. Katanya, hari itu adalah hari terakhir pelelangan. Ada HP, kamera, laptop, dan Smart TV yang dijual dengan harga 2 juta. Saya diminta mengakui sebagai pemenang kepada pelanggannya, sebut saja WH.
 Sebagai pemenang lama, DS yang sudah punya pelanggan WH, mengajak saya bekerja sama untuk menaikkan barang tersebut ke pelanggannya (WH). Sebelumnya, dia sudah pernah menjual barang tersebut kepada WH dengan harga 2 juta, karena sudah membuat perjanjian tidak akan menaikkan harga barang lagi makanya dia minta tolong saya seolah sebagai pemenang tender, dan saya akan bersedia menjual barang itu lagi minim di harga 3,5 juta.Â
Saya hanya dijadikan pemenang tender bayangan, padahal yang akan mengurus segalanya juga dia. Dengan iming-iming kenaikan harga 1,5 juta yang akan kami bagi berdua, DS meminta izin saya untuk memberikan nomor telepon saya ke pelanggannya (WH).
Nomor telepon saya lalu diberikan kepada WH. Tak lama berselang, WH benar-benar menelepon. Saya masih mengikuti skenario DS, menerima telepon WH dan bertransaksi sesuai arahan DS. Entah ke mana arahnya saya juga belum paham.Â
 DS sepertinya tahu kalau saya sedang mencari bantuan lain. Dengan cara menghubungi lewat nomor GSM, telepon melalui Whatsapp pasti akan terganggu.Â
Beruntungnya, SN segera memberi saya jawaban kalau nomor itu bukan nomor teman saya yang sesungguhnya. Artinya, ada seseorang yang memakai foto profil dan mengaku bernama DS berusaha menipu saya.Â
Segera SN menyuruh saya memblokir kedua nomor asing tersebut sebelum mereka bertindak lebih lanjut. Saya pun segera menuruti SN, tak ingin nama saya terseret-seret bila ada sangkut pautnya dengan kejahatan lain.Â
Setelah memblokir kedua nomor tersebut, barulah saya menghubungi DS, teman saya yang asli. Logat bicaranya memang hampir sama, nyaris tak bisa membedakan. Hanya saja, DS penipu suaranya sengau karena sedang flue, dan DS teman saya suaranya jelas.Â