Pernah dengar nama bunga Wijayakusuma? Tahu bentuk dan warnanya? Pernah merasakan bunganya?
Bunga Wijayakusuma termasuk jenis tanaman kaktus dari kelas dicotiledoneae. Tanaman yang berasal dari Mexico ini ada juga yang mengatakan berasal dari wilayah Venezuela, Amerika Serikat. Bunga ini dapat hidup di daerah beriklim sedang sampai tropis.
Bunga ini biasa dijadikan sebagai tanaman hias. Menurut catatan sejarah, tanaman ini pertama kali dibawa para pedagang China ke Indonesia pada zaman kerajaan Majapahit.
Bunga ini memiliki mitos bahwa siapa yang berhasil memiliki dan menanamnya maka keluarganya akan mendapatkan keberuntungan. Mitos itu diperkuat bahwa bunga ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan raja-raja dari kerajaan Majapahit.
Bahkan, mitos yang beredar mengatakan jika kita bisa melihat bunga Wijayakusuma dari mulai kuncup hingga mekar sempurna bunganya, maka ia akan mendapatkan rezeki yang tak terduga banyaknya. Tak heran, jika hampir di setiap rumah banyak yang menanam dan merawat bunga cantik berbau harum ini.
Bunga Wijayakusuma dipercaya mampu menangkal energi negatif yang berada di sekitar rumah. Misalnya meningkatkan aura penghuni rumah dan sebagai pagar gaib dari bala dan santet. Oleh karena itu, sangat disarankan menanam bunga Wijaya Kusuma di pekarangan rumah.
Tanaman yang dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan bagi pemiliknya ini dikenal sebagai Queen of The Night, karena hanya akan mekar di malam hari. Dalam mitos masyarakat, bunga ini bisa mendatangkan rezeki dan keberuntungan jika menempatkan bunga dengan tepat.
Dalam tradisi pewayangan Jawa, bunga Wijayakusuma dianggap sebagai bunga pusaka milik Sang Hyang Wisnu. Bunga ini dijaga oleh Sang Dewa Pemelihara pada zaman Ramayana.
Itu mitosnya, ya. Faktanya bagaimana?
Bunga ini katanya selalu mekar dini hari, setelah jam 00 sampai pagi dengan menyebarkan aroma yang memikat, begitu matahari terbit maka bunganya menjadi layu. Nyatanya, bunga yang saya tanam ini sudah mulai mekar dari jam 21.00 malam hingga pagi pukul 07.00 pun masih terlihat mekar meski tak sempurna.
Bunga yang berwarna putih hingga merah muda dan memiliki daun pipih memanjang warna hijau ini ternyata juga ada yang berwarna kuning, merah, merah muda, ungu atau oranye. Kebetulan yang saya miliki adalah yang putih.
Batang Wijayakusuma ada yang memiliki tinggi 1-2 meter, berbentuk silindris, di mana batang ini terbentuk dari helai daun tua yang mengecil dan mengeras. Ini untuk jenis yang bunganya besar, kebetulan milik saya belum berbunga. Sedangkan jenis lain yang saya miliki, yang sudah berbunga, daunnya lebih kecil dan pendek. Bunganya pun tak sebesar jenis satunya.
Cara menanam bunga Wijayakusuma sebenarnya mudah, kita bisa menanamnya dari bibit atau dengan stek batang. Tancapkan saja sedalam 5-7 cm batang tanaman ini ke dalam media tanam agar tidak mudah roboh. Lalu, agar cepat berbunga adalah dengan meletakkannya di tempat yang cukup mendapat sinar matahari.Â
Sayangnya, untuk yang jenis bunganya besar hanya berbunga setahun sekali. Beda dengan yang jenis bunganya kecil, bisa berkali-kali.
Dari beberapa sumber yang saya peroleh, manfaat bunga Wijayakusuma ternyata banyak, sangat ampuh mengobati luka karena kandungan yang ada di dalamnya bisa membuat luka cepat kering dan membersihkannya dari bakteri dengan cepat. Bunga Wijayakusuma juga bisa digunakan untuk mengobati bisul.
Selain itu, bunga ini juga bisa untuk mengatasi gastritis, bagi penderita penyakit ini perlu mengonsumsi makanan yang mempunyai kandungan Ph netral, contohnya bunga Wijayakusuma ini. Cobalah meminum air rebusan bunga Wijayakusuma untuk meredakan gejalanya.
Punya masalah juga dengan radang tenggorokan? Bisa juga mengobatinya dengan mengonsumsi bunga ini. Bunga yang memiliki rasa mint ini dipercaya juga berkhasiat mengatasi radang tenggorokan. Caranya dengan mengonsumsi air rebusan Wijayakusuma sehari dua kali.
Ternyata, di antara bunga-bunga Wijayakusuma yang mekar tersebut, dapat juga tumbuh menjadi buah, lho. Ukurannya memang sangat kecil, hampir seukuran ujung jari jempol tangan. Namun, saya belum pernah menemukan di tanaman saya, adanya milik tetangga, hihi. Mirip buah naga, dalamnya juga putih berbiji hitam tapi kecil. Rasanya juga manis agak asam.
Â
Ini baru faktanya, yang baru saja saya coba, berdasarkan cerita dan pengalaman teman. Saya menggorengnya dengan tepung seperti menggoreng ayam. Ternyata enak juga, lho. Mau tahu caranya?
Pertama, setelah bunga dipetik dari pohonnya cuci bersih menggunakan air kran agar kotorannya langsung terbuang.
Kedua, lumuri dengan tepung bumbu yang kering, setelah itu celup ke air dingin sebentar atau bisa juga ke tepung basah (tepung yang dicampur air), lalu masukkan ke tepung kering lagi hingga permukaan bunga tidak kelihatan. Kebetulan saya melumurinya hingga 3x agar lebih kripi.
Ketiga, masukkan ke penggorengan yang sudah berisi minyak panas. Goreng sampai warnanya berubah kuning keemasan, lalu angkat dan tiriskan.
Mau tahu rasanya? Nggak kalah lezat sama jamur, kok. Penasaran? Coba saja sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H