Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Meraih Harta dan Takhta, Haruskah Ada Wanita?

1 Maret 2023   21:55 Diperbarui: 1 Maret 2023   21:59 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar oleh Pixabay.com 

Pertimbangan ingin menikah lagi juga karena harta. Calon istri Handoyo adalah pewaris tunggal pemilik perusahaan ternama yang memiliki beberapa anak perusahaan. Siapa yang tak tergiur?


Untuk menghilangkan jenuh di rumah, aku sering mendatangi rumah temanku. Entah hanya sekadar mengobrol, atau memang ada pertemuan lain. Aku jadi sering datang ke undangan teman-teman yang punya hajat.


Dulu, jangankan mau keluar rumah, ke halaman depan saja aku diantar. Begitu takutnya dia kehilangan aku. Namun kini, aku tak pulang pun tak dicari.


"Hai, Rie, tumben nongol? Biasanya sulit banget diajak ketemuan?" tanya Riska.
"Iya, sesekali boleh 'kan? Aku sudah kangen sama candaan anak-anak. Makanya datang," jawabku.


"Sering-sering juga boleh. Nggak ada yang nglarang, paling suami lo aja yang tegang wajahnya," celetuk Ari.


Suara tawa pun segera menggema memenuhi ruangan. Aku bahagia sekali bisa berada di antara mereka. Lepas dari pikiran rumit masalah rumah tanggaku.


Sayangnya, hal-hal semacam itu malah digunakan untuk menjatuhkan aku. Dibilangnya aku bukan wanita baik-baik, sering keluar malam, suka selingkuh, tak patuh pada suami.  


Silakan saja, kalau bisa membuktikan aku selingkuh, berarti dia memang hebat, dan tak perlu dipertahankan lagi. Sejauh ini, aku sudah berusaha menjaga marwah keluarga. Justru dia yang sering kedapatan selingkuh, tapi malah aku yang difitnah.
*** 


Malam itu, aku datang ke rumah Maya yang sedang berulang tahun. Dia mengundang beberapa teman baiknya. Tak banyak yang datang, tapi cukup berkesan untuk pesta sederhana malam itu.


Tak sengaja, aku berkenalan dengan teman Maya. Seorang laki-laki. Tampangnya tak mengecewakan, postur tubuh tinggi, tegap, tampaknya seorang tentara. Kulitnya bersih, terkesan kalau dia orang berada.


"Hai, boleh duduk sini?" sapa lelaki itu.
"Silakan, masih kosong, kok," jawabku santai. Akhirnya kami berkenalan.
Setelah berbincang sesaat, aku baru tahu namanya. Ternyata dia dulu satu SMP denganku. Kebetulan saja kami tak pernah sekelas. Padahal, tiap kenaikan kelas selalu diacak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun