Saat melintas di lokasi kecelakaan, aku melihat sepeda motor anakku terparkir di pinggir jalan. Apa yang membuatnya berhenti? Seketika aku pun menghentikan perjalanan untuk mendatangi anakku yang sulung.Â
Dia segera menghambur kepadaku. Sambil mengatakan, "Ayah jatuh, Bun!" Sambil menangis dia menunjuk di mana ayahnya masih terkapar disemak-semak pinggir jalan.Â
"Bagaimana ini kejadiannya? Kenapa bisa jatuh?" Spontan kalimat itu meluncur dari bibirku sambil berjalan menuju tempat suamiku terpental.
"Aku nggak tahu, tiba-tiba aku jatuh dan saat kulihat Ayah sudah jatuh duluan. Maafkan aku, Bunda." Tangis anakku ketakutan.Â
Aku bingung, malam-malam begini apa yang harus aku lakukan? Siapa yang mau memberi pertolongan? Namun, aku harus kuat. Aku tak boleh panik. Aku harus tetap tenang untuk bisa mengatasi semua.Â
Kudatangi suamiku yang masih menggunakan helm. Ingin kubantu dia untuk bangun, tetapi tak kuasa. Dia mengeluhkan kaki kirinya. Saat aku berusaha mengatur posisi lalu mengangkatnya dia malah teriak kesakitan.Â
Kuraba bagian paha, tak biasanya celana yang dikenakan hingga terlihat ketat seperti itu. Dan saat itu juga jantungku rasanya berdetak kencang ketika tanganku menyentuh paha, ada semacam sudut di sana, berarti ada tulang yang patah. Ya Allah. Cobaan apalagi ini?
Aku hanya berusaha tegar sambil mencari bantuan. Kutelepon salah satu adikku yang masih tinggal di rumah ibuku. Meski jarak sudah jauh tapi ia bersedia segera berangkat menemui kami.Â
Beruntung juga ada salah satu komunitas ojol yang membantu. Dia berusaha mencarikan ambulan atau tumpangan agar suamiku bisa segera tertolong. Kami berdua berusaha menghentikan mobil yang lewat untuk menumpang.Â
Akhirnya, salah satu pengendara mobil yang ternyata juga ojol berhenti memberi bantuan. Kami diantar ke rumah sakit terdekat. Bersama beberapa orang yang akhirnya berhenti melihat kecelakaan yang kami alami, suamiku berhasil dinaikkan ke mobil meski harus berteriak kesakitan.Â
 Sementara, kedua putriku kutinggalkan di lokasi kecelakaan sambil menunggu adik-adikku yang sedang menuju ke sana. Aku tak tahu lagi apa yang terjadi di sana. Kondisi putri sulungku pun aku tak paham, hanya sekali dia berkata lengan kirinya nyeri, sambil menunujukkan ada bengkaknya.Â