Begitulah mereka saling berkabar. Pasangan mereka pun saling mengenal baik. Tak ada lagi prasangka atau curiga jika mereka bertemu di bengkel.
Pada suatu hari, Any dikejutkan oleh sebuah kabar tentang meninggalnya Yuda. Dia tak percaya, tetapi hanya terdiam. Any paham, penyakit yang diderita Yuda sama dengan penyakit suaminya, yang sewaktu-waktu kambuh. Namun, beruntung suaminya masih diberi umur hingga hari ini.
Saat datang takjiah ke rumah Yuda, Any disambut istrinya. Mereka berdua langsung berpelukan dan menangis bersama.
Tubuh mereka terguncang  dan terguguk bersama. Lama sekali keduanya berpelukan menumpahkan rasa. Rasa kehilangan untuk selamanya.
Any dan Any, dua perempuan yang pernah mengisi lembaran di hidup Yuda. Mereka masing-masing menyimpan cerita tersendiri di hatinya.
Setelah lega menuangkan beban di dada, keduanya duduk berdampingan. Banyak hal yang diceritakan  istri Yuda. Tentang semangat Yuda untuk sembuh, tentang kesabarannya, sayangnya Yuda kepada anak-anak mereka, dan banyak hal baik tentang Yuda semasa hidup.
Saat-saat menjelang ajal pun diceritakan Any kepada Any. Kebaikan dan ketulusan Yuda semasa hiduplah yang mengantar kepergiannya dengan mudah. Dia pergi dengan damai, tanpa ada rasa sakit yang dikeluhkan. Dia pun pergi saat di pangkuan Any, istrinya.
Diam-diam, seolah ada penyesalan di hati Any. Dia tak memiliki cerita indah tentang Yuda, yang sebelumnya lebih dulu mencintainya. Dia menyesal, Â terlambat menyadari ketulusan Yuda yang dulu.
Namun, semua telah berlalu. Biarlah menjadi kenangan indah yang tersimpan dalam lembaran kisah hidupnya. Hanya doa yang bisa Any kirimkan untuk Yuda.
Semoga Allah memberimu tempat terindah di sisi-Nya.
Tamat.
Surabaya, 19 Februari 2023
Any Sukamto