"Ayolah, kalo kamu datang berarti kamu ikhlas. Dan itu akan membuat aku bahagia." Yuda mengedipkan matanya.
"Iihh, malas ah! Kamu yang bahagia kenapa aku yang repot?" goda Any lagi.
Yuda lalu mengangkat kedua tangan dan melebarkannya. Dia hendak memeluk Any. Namun, gadis itu keburu lari menghindari pelukan Yuda.
Hari itu, saatnya Yuda melangsungkan pesta pernikahan bersama calon istrinya yang juga bernama Any. Sedari pagi, Any telah sibuk menyiapkan gaun dan kado yang akan dibawanya. Dia juga menyiapkan penampilannya agar tak kalah cantik dengan pengantin wanita.
Di bawah tenda biru, di antara puluhan tamu, Any menatap Yuda yang tampak bahagia menyalami tamu. Yuda pun kadang menebar pandangan, mencari seseorang yang mungkin sangat dinantinya. Dia mungkin belum melihat keberadaan Any.
"Bagaimana perasaanmu? Kok bisa, kuat kamu datang? Kalo aku, mungkin sudah pingsan di depan," tanya seorang tetangga yang mengetahui kisah cinta mereka.
"Aku cuma ingin memastikan dia bahagia. Kalo memang dia bisa bahagia bersama Any yang lain. Aku pun juga akan bahagia bersama Yuda yang lain, suatu saat nanti." Sebuah senyum terkembang dari bibir Any yang tipis.
Saatnya Any menuju ke pelaminan memberikan ucapan selamat untuk Yuda dan Any istrinya. Tak ada lagi rasa berat di hati Any. Dia sudah rela melepas Yuda bahagia bersama yang lain.Â
Yuda yang menerima ucapan selamat dari Any tertegun sesaat. Raut wajahnya berubah. Dari yang sebelumnya ceria tiba-tiba murung. Dia tak menyangka Any akan setegar itu datang ke pestanya. Rasa iba tiba-tiba merayapi hatinya.Â
Any yang paham keadaan itu segera bertindak. Dia berusaha mengembangkan senyum selebar mungkin agar Yuda tahu dia pun bahagia. Jabatan tangan yang erat ia goyang-goyangkan sambil menatap mata Yuda.Â
Yuda bisa menangkap maksud itu. Dia lalu memperkenalkan Any kepada Any istrinya.Â