Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Untuk Sebuah Nama

23 Januari 2021   06:18 Diperbarui: 23 Januari 2021   06:44 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi, Diary 

Maaf, baru kali ini aku menyapamu. Sebenarnya banyak kisah yang ingin kutuangkan pada lembar-lembar putihmu. Namun, kesibukan di luar sana lebih menyita tenaga dan perhatianku. 

Ingin sekali kutuang kisah tentang sebuah perjalanan hidup yang telah kulalui. Suka, duka, gembira, dan nestapa yang selalu berjalan beriringan. 

Terkadang hati ini berbunga-bunga oleh indahnya kisah asmara. Namun, tak jarang juga hati terluka karena sebuah goresan hingga meninggalkan derita. 

Diary, kadang orang memandangku kuat, bahagia, gembira, dan selalu ceria. Mereka tak tahu sebenarnya apa yang kurasakan. Mereka tak mengira pedihnya batin menjalani kehidupan yang hanya sesaat ini. 

Namun, aku selalu bersyukur, setidaknya aku bisa memancarkan aura bahagia hingga mereka pun bahagia. Toh, tak semua kisah dan masalah bisa kubagi dengan mereka. Biarlah aku terlihat seperti apa yang layaknya terlihat, jika itu untuk bahagianya. 

Aku bahkan sering sekali menerima curahan hatinya. Mereka telah menganggap aku sukses dengan segala rasa, menata suka dan duka pada tempatnya. Apakah kau juga melihatnya, Diary, aku terlihat bijaksana?

Haha, kadang aku tertawa saat melihat diriku sendiri di depan cermin. Begitu pandainya aku berbohong pada mereka. Bersikap seolah aku lebih bijak dan lebih baik dari yang lain. 

Kamu tahu yang sejujurnya, Diary? 

Aku ini makhluk yang lemah, aku pun mengadukan kisahku pada sebuah nama, di saat orang lain terlelap. Tak jarang hingga kumenangis sendiri, menuangkan semua beban rasa pada hamparan sajadah. 

Kuputar biji-biji yang terangkai dengan menyebut gelar-Nya, sebuah nama yang kuyakini bisa memberi kekuatan bagiku. Meskipun tak semudah itu segala beban teratasi, setidaknya gumpalan resah telah sirna bersama air mata. 

Aku berharap kekuatan yang kudapat ini juga bisa menjadi kekuatan bagi mereka. Sehingga tak perlu lagi menceritakan masalahnya selain kepada-Nya, karena hanya Dia yang patut menerima curahan rasa manusia. 

Sebuah nama yang agung. Sebuah nama yang kuasa. Sebuah nama yang bijaksana. 

Untuk sebuah nama, yang hanya kepada-Nya kita berserah, hanya kepada-Nya kita kembali, dan hanya kepada-Nya kita mengharap rida.

Sidoarjo, 22 Januari 2021

Any Sukamto 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun