Selamat pagi, DiaryÂ
Maaf, baru kali ini aku menyapamu. Sebenarnya banyak kisah yang ingin kutuangkan pada lembar-lembar putihmu. Namun, kesibukan di luar sana lebih menyita tenaga dan perhatianku.Â
Ingin sekali kutuang kisah tentang sebuah perjalanan hidup yang telah kulalui. Suka, duka, gembira, dan nestapa yang selalu berjalan beriringan.Â
Terkadang hati ini berbunga-bunga oleh indahnya kisah asmara. Namun, tak jarang juga hati terluka karena sebuah goresan hingga meninggalkan derita.Â
Diary, kadang orang memandangku kuat, bahagia, gembira, dan selalu ceria. Mereka tak tahu sebenarnya apa yang kurasakan. Mereka tak mengira pedihnya batin menjalani kehidupan yang hanya sesaat ini.Â
Namun, aku selalu bersyukur, setidaknya aku bisa memancarkan aura bahagia hingga mereka pun bahagia. Toh, tak semua kisah dan masalah bisa kubagi dengan mereka. Biarlah aku terlihat seperti apa yang layaknya terlihat, jika itu untuk bahagianya.Â
Aku bahkan sering sekali menerima curahan hatinya. Mereka telah menganggap aku sukses dengan segala rasa, menata suka dan duka pada tempatnya. Apakah kau juga melihatnya, Diary, aku terlihat bijaksana?
Haha, kadang aku tertawa saat melihat diriku sendiri di depan cermin. Begitu pandainya aku berbohong pada mereka. Bersikap seolah aku lebih bijak dan lebih baik dari yang lain.Â
Kamu tahu yang sejujurnya, Diary?Â
Aku ini makhluk yang lemah, aku pun mengadukan kisahku pada sebuah nama, di saat orang lain terlelap. Tak jarang hingga kumenangis sendiri, menuangkan semua beban rasa pada hamparan sajadah.Â
Kuputar biji-biji yang terangkai dengan menyebut gelar-Nya, sebuah nama yang kuyakini bisa memberi kekuatan bagiku. Meskipun tak semudah itu segala beban teratasi, setidaknya gumpalan resah telah sirna bersama air mata.Â