![[Puisi] Cinta Tak Berujung](https://assets-a2.kompasiana.com/items/album/2024/10/05/whatsapp-image-2024-02-27-at-18-43-59-6700319d34777c64d0502432.jpeg?t=t&v=100&x=100&info=meta_related)
Semilir angin pagi yang hembuskan kesejukan menerpa paras ayu gadis bermata sayu. Membelainya penuh kasih serta kelembutan juga hadirkan kesegaran hingga ke relung sukma
Sendiri berdiri menanti hadirnya kekasih hati, dengan senyum tersungging penuh harap akan perjumpaan. Di pinggiran kota yang penuh kenangan dan impian, tanamkan rasa dalam keabadianÂ
Telah jauh melamunkan syahdunya  sebuah pertemuan. Berhasrat hangatnya dekapan erat dari lelaki idaman. Tatapan sendu dan pelukan rindu yang berpadu, luruhkan  kelu yang kian membatuÂ
Namun sayang, meski penantian telah panjang, tak jua wajah terkasih hadir menyapa. Musim tabebuya yang  dilamunkan penuh keindahan dan kemewahan mekarnya mahkota, berganti dengan iras layu penuh piluÂ
Cinta tak lagi berkunjung menyangai jiwa, asa berasmara gugur bersama kelopak. Tabebuya hanya dikenang sebagai musim kehampaan. Saat rasa berjatuhan bersama putik dan mahkota Â
Sidoarjo, 19 Juli 2020Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
