Suatu ketika ada teman yang bertanya, "Kok, sekarang jadi sering nulis di Kompasiana. Dapatnya banyak, Ya? Â Berapa, sih?"Â
"Pingin tahu atau pingin tahu banget? Kasih tahu gak, ya?" jawabku.Â
"Kalo dapat banyak ajak, dong!"Â
Saya hanya tersenyum, tahu sendiri lah bagaimana menulis di Kompasiana. Kadang tulisan yang saya anggap bagus dan dikoreksi serta dipikir berulang-ulang, eh, gak dapat label. Kadang juga nulis sambil rebahan, eh, malah dapat label, AU lagi.Â
Jadi, bagi saya standard tulisan yang bagus bagaimana menurut Kompasiana ini juga masih meraba-raba. Dan saya hanya bisa belajar dan belajar saja. Masalah hasil entah siapa yang lebih berhak menilai.Â
Bagaimanapun juga, menulis itu tergantung motivasi awal. Atau, sebagaimana sering disampaikan, setiap perbuatan itu tergantung niatnya.Â
Nah, karena niat awal saya belajar, maka ilmu yang akan saya dapat. Jika selain itu ada niat yang lain, demi rupiah misalnya, pasti juga akan saya dapatkan.Â
Begitu juga di Kompasiana ini. Awal mula saya menulis di sini karena ingin belajar menambah wawasan menulis dan belajar berani membuat karya tulis yang dibaca banyak orang, di sini yang saya maksud bukan orang/teman yang saya kenal sebelumnya.
Mulailah menulis puisi dan cerpen, karena awal saya belajar menulis adalah karya fiksi. Kemudian berlanjut belajar yang lain, menulis opini atau uneg-uneg yang pantas dibaca orang lain.Â
Di Kompasiana ini ternyata juga disediakan webinar-webinar menarik, ikutlah saya, karena memang ingin memperdalam ilmu kepenulisan.Â
Saat bulan Ramadan juga ada Samber Ramadan yang temanya berubah tiap hari, jadi makin semangat belajarnya. Menulis sesuatu yang baru berdasarkan tema yang diminta.Â
Semakin ke sini semakin banyak yang saya dapat dari Kompasiana. Bukan hanya secara materi, ya. Tetapi secara ilmu dan pengetahuan.Â
Selain membaca artikel para Kompasianer yang menarik, dari beberapa webinar yang pernah diselenggarakan juga sangat bermanfaat bagi saya. Salah satunya webinar dari Bank Indonesia.Â
Pada awalnya saya ragu, latar belakang pendidikan saya yang jauh dari ilmu perbankan membuat saya ragu mengikutinya. Namun, setelah saya pikir ulang, apa salahnya mengikuti seminar untuk menambah wawasan, ikutlah saya mendaftar jadi peserta webinar.Â
Ternyata sangat jauh di luar perkiraan saya, bahwa benar-benar webinar tersebut membuka mata dan wawasan saya. Saya jadi paham tugas dan wewenang Bank Indonesia, berbeda jauh dengan pengetahuan saya sebelumnya.Â
Saya yang selama ini awam dengan istilah-istilah perbankan, sedikitnya jadi tahu apa maksud stabilitas sistem keuangan, pertumbuhan ekonomi, makroprudensial dan kebijakan mikroprudensial.Â
Materi yang dibawakan oleh narasumber yang cerdas dengan penjelasan gamblang, membuka pemahaman saya betapa pentingnya mempelajari hal baru yang selama ini jarang didapatkan di tempat lain.Â
Dan yang lebih menggembirakan lagi adalah adanya sertifikat, yang mungkin bagi orang lain (atau mahasiswa)sangat bermanfaat sebagai tanda telah mengikutinya, untuk laporan atau mungkin akreditasi dan lainnya.Â
Bagi saya, sertifikat tersebut tidak akan berpengaruh untuk kenaikan pangkat atau apalah, karena saya bukan karyawan atau mahasiswa lagi. Tetapi sertifikat tersebut jauuhh sangat bermanfaat karena ini ilmu yang benar-benar baru bagi saya.
Jadi, masih ragu nulis di Kompasiana? Yakin nggak pingin dapat yang lebih? Saya masih pingin, lho!
Terima kasih Mas Nurulloh.Â
Terima kasih Bu Ita Rulina.
Sukses buat Kompasiana.Â
Sukses juga buat Bank Indonesia.Â
Salam.Â
Any SukamtoÂ
Sidoarjo, 7 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H