Dengan mengontrak di salah satu rumah petak, Juna dan Maya terlihat bahagia. Walau hidup seadanya, Maya yang terbiasa hidup mewah tak pernah mengeluh dengan keadaan yang jauh berubah.
"Bahagiakah kamu menjadi bagian dari perjalanan cintaku? Memang bukan permata yang aku janjikan, tapi senyum terindah di bibirmu yang akan selalu kuhadirkan, sebagai tanda kau bahagia menjadi belahan jiwaku, kapan pun itu."
Maya memang terlihat selalu menyungging senyuman, Juna sangat pandai membahagiakannya. Bukan dengan materi dunia, melainkan kasih sayangnya yang membuat Maya merasa diperlakukan sebagai putri.
***
Uang saku dari orang tua yang dulu biasa ia terima masih sering masuk rekeningnya, jumlahnya pun bertambah. Digunakannya uang itu untuk menutup kekurangan uang belanja, jika uang pemberian dari Juna tak mencukupi.
Tak tega dengan keadaan itu, orang tua Maya membelikan sebuah rumah yang lebih layak untuk ditinggali putrinya. Bersamaan dengan itu, karier Juna juga mulai bersinar,lebih menjanjikan.
Cara Juna berkomunikasi dan meyakinkan orang memang perlu diacungi jempol. Dia berhasil menjualkan mobil mewah seorang yang ia kenal kepada orang lain dengan harga istimewa.
Pekerjaan lebih bergengsi pun didapatnya dari lobi-lobi tersebut, dengan posisi yang lebih terpandang dan gaji lebih menggiurkan, Juna bisa menduduki jabatan kepala walau hanya di kantor cabang. Â Kehidupan mereka pun mulai membaik.
Namun, malang tak dapat diraih untung tak dapat ditolak. Perusahaan yang dipimpin Juna mengalami kerugian besar setelah pimpinan pusat melakukan kebijakan yang salah.
Akibat keadaan itu, rumah yang dibelikan ayah Maya ikut terjual demi menutup kekurangan. Kembali mereka tinggal di rumah kontrakan. Sementara, anak-anak semakin besar dan jumlahnya sudah bertambah.