Pernahkah kita berpikir bahwa nyawa kita lebih murah dari harga seekor burung?
Inilah yang terjadi pada pria berusia 23 tahun asal Nusa Tenggara Timur, mengejar burung lovebird piaraannya yang lepas hingga nekat memanjat gardu tiang listrik PLN di kawasan Rungkut, Surabaya.
Entah apa yang jadi pertimbangannya, pagi itu nyawanya nyaris melayang demi burung yang harganya tak lebih mahal dari 100 ribu. Belum berhasil burung itu di dapat, ia malah tersengat aliran listrik dan mengalami luka bakar.
Perlu menjadi keprihatinan, ketika hobi justru menjadi sebab awal celaka. Apakah salah dengan hobinya? Tentu tidak!
Namun, yang perlu menjadi pertimbangan adalah melakukan hobi tersebut dengan risiko membahayakan keselamatan diri. Layaknya hobi yang lain, harusnya berdampak positif dan banyak unsur manfaat yang didapat, bukan malah membahayakan.
Demi hobi tetapi tidak berpikir panjang, celakalah yang akan di dapat. Seperti pemuda tadi, mengejar burung hingga menyebabkan nyawanya terancam.
Hobi memelihara burung memang banyak digemari pria, tetapi bukan berarti wanita tidak suka. Saya dulu juga memelihara sepasang lovebird.
Waktu itu masih mahal, sepasang harganya bisa jutaan. Untungnya tidak beli sendiri, dibelikan saudara. Hehe.
Dari yang awalnya sepasang, lovebird yang saya pelihara sempat bertelur dan menetas hingga jadi 3 pasang. Lepas dari sangkar juga pernah, tetapi saya juga tidak serta merta mengejarnya sampai jauh.
Saya hanya mengikhlaskan, jika memang masih rezeki pasti burung itu kembali. Padahal dari menetas sampai bisa makan sendiri saya yang menyuapi, lho, bisa dibayangkan bagaimana sayangnya, seperti merawat anak sendiri kan?
Dan memang begitu kenyataannya, burung itu kembali lagi esok hari. Saya hanya menyiapkan sangkar untuk jebakan dan masuklah ia ke sangkar.
Jadi, kalau sampai ada yang kehilangan burung karena lalai hingga burung itu terbang, tak perlu panik. Burung memang diciptakan dengan sayap supaya bisa terbang, biarkan saja ia mengepakkan sayapnya. Kalau memang dia masih jadi rezeki kita, pasti balik, kok.
Masih tidak percaya? Coba buktikan, balik apa enggak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H