3. Sibukkan diri dengan karya yang lain.Â
Dengan begitu kita tidak akan serius memperhatikan sikapnya yang meracuni pertemanan.Â
Sebagai contoh, beberapa waktu yang lalu ada teman yang merasa benar pendapatnya. Saya sudah memberikan pendapat dan sikap saya, tetapi masih dianggap remeh, maka saya diam. Suatu saat ada orang lain datang membawa kabar kebenaran. Dia pun diam dan malu dengan sikapnya.Â
Terkadang toxic friend hanya sekadar pelarian atau pelampiasan saja. Minta diperhatikan tetapi dengan cara yang salah.Â
Suatu saat dia akan menyadari bahwa sikapnya keliru dalam berteman. Harus ada peristiwa yang menyadarkannya atau ada yang berani mengingatkan, apakah itu kita?Â
Selamat mencoba.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H