"Ran, serius kamu mau kuliah di institut itu? Di sana banyak lakinya. Aku nggak ingin kamu jadi berubah karena salah lingkungan," keluh Yudha mengkhawatirkan Ranti.
"Apa bedanya aku kuliah di kampus lain yang banyak perempuannya? Kalo niatnya memang mau nggak bener, ya di mana pun juga nggak akan bener," tegas Ranti.
"Kenapa, sih, kamu selalu ketus, Ran? Aku takut kamu jatuh cinta sama yang lain. Aahh, semoga kamu baik-baik saja di sana." Yudha semakin khawatir.
"Lhoh, emang kenapa kalo aku jatuh cinta sama yang lain, nggak boleh? Eehh, kita nih pacaran nggak, sih?" Pertanyaan Ranti mengejutkan Yudha.
"Ran ...!" Yudha tercekat. “Selama ini aku berubah karena kamu, Ran. Ingat kan aku yang dulu seperti apa? Kenapa kamu tega bertanya seperti itu?”
Selama ini memang Ranti dan Yudha saling dekat. Namun, Ranti sendiri masih bingung dengan sikap Yudha. Hanya bersikap manis jika berdua. Akan tetapi berubah jika berkumpul dengan teman perempuan lain, selalu cuek dengan Ranti. Sikap ini yang membuat Ranti ragu.
Hari itu Ranti sengaja pulang awal. Dari kampus menuju rumah lewat arah yang tidak biasa dilewati. Memutar lebih jauh sekalian mencari sesuatu yang dibutuhkan.
Terlihat oleh Ranti dari jauh, Yudha sedang membonceng perempuan. Timbul tanya dalam hatinya, siapa dan apa keperluan mereka. Ranti hanya menebak dan berpikir keras.
Sore hari, Yudha datang menemui Ranti dengan wajah ceria.
"Ran, nanti malam kita nonton, yuk! Ada film bagus, nih."
"Kenapa nggak ngajak cewek yang tadi siang kamu bonceng? Siapa namanya?" ketus Ranti menjawab.
"Lhoh, kok kamu tahu aku boncengin Nora. Dari mana kamu? Mau ke mana?" Yudha balik bertanya.