Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Izinkan Kami Menikmati Ramadhan Kembali

24 Maret 2020   22:28 Diperbarui: 24 Maret 2020   22:51 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Makhluk kecil yang tak dapat dilihat mata telah diturunkan di negeri yang tak mengenal-Nya
Lalu memorandakan kehidupan dunia dan ekonomi mengalami keadaan sulit
Ketakutan akan kematian terjadi di mana-mana
Keadaan kian mencekam dan semakin rumit

Ketika umrah dilarang, bukanlah masalah pelik karena hanya orang mampu yang melakukannya
Rumah Allah bukan hanya di Mekkah dan Madinah, karena masjid bisa digunakan salat
Ulama pun mengeluarkan fatwa pelarangan salat Jumat, Tarawih dan Idul Fitri
Meluasnya daerah ter dampak menetapkan mudik menjadi larangan

Apakah Engkau marah pada kami, Yaa Rabb?
Masjid megah nan sepi, musala bertebaran nan lengang
Tarawih ramai di awal Ramadhan, mudik jadi alasan
Lebaran tanpa silaturahmi, bermaafan hanya notifikasi

Ya Rabbi,
Saat tak bebas lagi kami  bersujud di rumah-Mu
Saat berjamaah dengan saudara kami terbatasi
Baru kami sadari arti kehilangan diri-Mu

Masjid mulai sunyi dari pujian dan celoteh kekanakan
Jalanan sepi dari ramainya para ibu hendak pengajian
Semua yang kami abaikan telah jadi pelarangan
Nikmat itu dicabut dan menggerogoti relung kedamaian

Ya Allah,
Pesan cinta apa yang ingin Kau sampaikan?
Tak sudikah Engkau melihat wajah kami?
 Mendengar keluh kesah menatap tangis kami serta meraba senyum bahagia di rumah-Mu?

Ya Rabb,
Kami bisa merasakan saudara kami harus berjuang untuk bisa berada di masjid-Mu.
Sedang kami sering merasa malas menuju masjid yang hanya beberapa langkah
Sadar arti silaturahmi yang  kami anggap basa basi.

Ya Rabb,
Janganlah Ramadhan terasa sepi
Tanpa tarawih dan tadarus meramaikan penjuru kampung.
Tanpa takbir menggema di seluruh pelosok negeri

Jangan Kau cabut nikmat yang berpuluh tahun namun kami abaikan
Bukankah kasih-Mu melebihi murka-Mu pada kami?
Engkau yang maha menghidupkan segalanya
Engkau jua yang mematikan segalanya

Ampuni kami
Terima tobat kami
Ridai usaha kami
Pertemukan kembali dengan Ramadhan yang penuh berkah

BGIB28, 24 Maret 2020

*Terinspirasi tulisan di WAG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun