Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Sakit, Tempat Mensyukuri Rezeki

18 Maret 2020   12:13 Diperbarui: 18 Maret 2020   13:08 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Menjadi perawat pribadi bagi suami yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit memberi pengalaman tersendiri. Sebuah perjalanan batin yang perlu disyukuri. Berbagai rasa bercampur membawa hikmah yang teramat dalam.

Malam yang larut tak menyurutkan langkahku menuju instalasi gawat darurat. Mendampingi suami yang membutuhkan pertolongan secepatnya setelah merasakan nyeri di dada.  Harusnya keheningan malam membawa kesunyian, tetapi di sini justru sebaliknya.

Dokter dan perawat hilir mudik membawa stetoskop dan tensi meter. Satu per satu pasien di datangi. Suasana yang sibuk sekaligus menegangkan menjadi pemandangan biasa di ruang instalasi gawat darurat. Kepanikan keluarga penderita menenangkan pasien menambah keharuan.

Ada yang bisa segera pulang setelah mendapat perawatan medis. Namun, ada pula yang menunggu hingga berjam-jam untuk mendapatkan kepastian ruang perawatan menginap.

Tak jarang, jerit tangis mewarnai ruangan. Antara pasien anak yang takut dengan jarum suntik, atau keluarga pasien yang harus kehilangan kerabatnya. Sedih dan haru, melewatkan malam dengan berselimut duka.

Seharusnya, di sinilah rasa syukur itu benar-benar terucap. Ketika kita bisa membandingkan keadaan kita dengan yang lain. Bersyukur karena tidak mengalami penderitaan yang sama dengan mereka.

Namun terkadang, justru yang hadir rasa emosi. Ketika tidak segera mendapat pelayanan, menunggu lama hasil laborat, atau karena lelah dengan ulah si pasien. Beda pendapat antara pasien dengan keluarga yang menunggu, kadang menjadi konflik sendiri.

Lupa bersyukur dengan keadaan, tidak peka dengan lingkungan, justru mendatangkan masalah lain. Pasien marah karena merasakan sakit, keluarga pun ikut emosi menghadapi ulah pasien yang kadang tak masuk akal.

Dalam keadaan seperti ini, kontrol diri akan terlihat. Mampukah kita mengendalikan emosi dan bersyukur atas keadaan yang kita alami? Tenang tapi tetap peduli dengan situasi yang memaksa kita harus berada di sana.

Maka, akan sangat bijaksana bila kita menganjurkan atau mengajak anak-anak untuk bisa belajar lebih peka pada keadaan dan bersyukur atas rezeki yang telah kita dapat, dengan mengamati setiap kejadian di rumah sakit.

Tidak perlu harus masuk ke dalam ruangan, cukup dengan cerita atau tayangan video yang bisa kita dapatkan dari laman di internet. Agar mereka bisa berempati, hingga bisa bersimpati pada orang lain yang mengalami kesusahan.

Bahwa, rezeki bukan hanya berupa harta dan benda. Apalagi takhta dan kasta. Namun, kesehatan juga merupakan rezeki yang amat kita butuhkan, yang kadang kita sering lupa mensyukurinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun