Mohon tunggu...
Anyes L
Anyes L Mohon Tunggu... -

Tadinya seorang nomad yg beberapa kali pindah domisili, sekarang sudah pensiun dari nomaden.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Satu HP Cukup?

12 Februari 2012   06:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:45 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lain halnya kalau saya menginginkan hp terbaru, paket data besar dan penggunaan telpon yang banyak. Ada pilihan Cap lain seperti 49, 59 dan lainnya. Umumnya untuk hp keluaran baru ini, kita harus bayar harga handset-nya juga. Jadi harga Cap + harga handset, misal Cap 49 + $10 tiap bulan.

Ada juga paket-paket untuk bisnis, yang tentunya lebih mahal lagi.

Untuk pra-bayar, kita cuma perlu beli SIM card saja. Hp-nya terserah pemakai, asalkan hp sudah unlock, tidak masalah. Sistem pra-bayar ini sangat berguna untuk pendatang yang berencana untuk tinggal sementara saja, karena tidak terikat kontrak tahunan.

Umumnya disini orang memakai sistem pasca-bayar. Saya pikir, sistem seperti ini baik karena membuat orang untuk tidak terlalu konsumtif. Membeli barang hanya sesuai kebutuhan saja.

Taukah anda, bahwa ada komponen hp yang mengandung Coltan yang ditambang secara illegal di Congo, dan mengganggu habitat Gorilla? Saya baru tau ketika tempo hari berkunjung ke salah satu kebun binatang di negara bagian Victoria sini.

Mereka memiliki program “They’re Calling On You” yang maksudnya adalah mengajak kita untuk mendaur ulang hp bekas yang kita punya untuk menekan penambangan coltan secara illegal ini.

Adakah program sejenis ini di Indonesia? Saya bayangkan, kalau program sejenis ini ada dan banyak yang mau ikut berpartisipasi, tentunya akan sangat baik sekali.

Tiga remaja tadi masih menyantap makanan mereka, saya masih di halaman 21 buku Supernova. Jam sudah menunjukkan pukul 12.30, mestinya teman saya sudah 15 menit yang lalu tiba disini. Yah sudahlah, sesekali ngaret bisa saya maafkan, asalkan tidak jadi kebiasaan.

Karena teman saya ngaret ini, saya jadi bisa mencuri dengar percakapan meja sebelah dan bahkan dapat bahan renungan baru. Untung saja mereka tidak sadar ada detektif gadungan di meja sebelah mereka.

“Nyes, sorry banget gue telat!” teman saya, Yuni, akhirnya tiba dengan tergopoh-gopoh.

“Tadi itu gue sudah coba telpon, tapi kok nggak nyambung juga. Nggak taunya, baterenya sudah habis lagi, padahal baru saja gue charged tadi pagi. Mungkin sudah soak ya,” Yuni nyerocos, sambil bersungut-sungut pula. Saya tau, hp-nya memang sudah hampir 4 tahun belum ganti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun