alhamdulillah papahku masih bisa memberikan reaksinya..matanya berkedip-kedip seolah-olah mengisyaratkan bahwa beliau merasakan keberadaan kami disitu. tensi papahku pun mulai naik sedikit demi sedikit, kondisinya pun stabil setelah kami semua berkumpul.namu sungguh tidak menyangka hari sabtu selepas maghrib kondisinya semakin drop dan drop..., sehingga suster-suster membantu papahku dengan alat pompa pernapasan.
sedih dan rasanya ingin menangis sekencang-kencangnya namun kutahan karena suster memintaku untuk terus membimbing papahku dengan dua kalimat syahadat...berkali-kali ku bimbing papahku hingga hembusan nafas beliau yang terakhir..dan suster mengatakan papahku telah tiada....rasa itu tidak bisa kutahan lagi, tumpah sudah air mataku, aku menangis sejadi-jadinya apalagi ketika adik-afik papahku datang dan memelukku..rasanya badanku limbung tak kuasa menahan beban..aku terjatuh dan masih terus menangis.
cepat sekali Allah memanggil papahku, padahal belum puas rasanya ingin membahagiakan beliau. masih banyak hal-hal yang ingin ku lakukan bersama papahku. aku masih ingin berbincang-bincang walaupun akhirnya kami akan berdebat setelahnya karena memiliki pandangan masing2 dan kami memang memiliki watak yang sama yaitu keras kepala.
pah, terimakasih untuk semua kasih sayang papah. terimakasih untuk cinta dan semua pengorbanan yang telah papah berikan kepada kami.maaf jika mbak belom bisa menyanggupi keinginan papah untuk segera menikah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H