Mohon tunggu...
Adhe Nuansa Wibisono
Adhe Nuansa Wibisono Mohon Tunggu... -

Adhe Nuansa Wibisono. Pemuda ini lahir di Jakarta, 3 Agustus 1988 sebagai putera ketiga dari pasangan Ahmad Effendi dan Fauziatie Affriatie Chaniago. Menempuh pendidikan TK, di TK Mini Bu Kasur Jakarta (1992-1994), dilanjutkan ke SD Muhammaddiyah 5 Jakarta (1994-2000), kemudian di SMP Muhammadiyah 9 Jakarta (2000-2003), SMA Negeri 70 Jakarta (2003-2006). Saat ini sedang menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) jurusan Hubungan Internasional angkatan masuk 2006. Di sekolah menengah pernah menjabat Ketua Umum Karate-do SMAN 70 Jakarta (2004-2005) dan Kadep Kaderisasi ROHIS SMAN 70 Jakarta (2004-2005). Di dunia mahasiswa pernah diamanahi sebagai Kadiv Pengkajian KAMMI Komisariat UGM (2008-2009), Ketua Rumpun Sosial Humaniora KAMMI Komisariat UGM (2008-2009) dan Ketua Umum KAMMI Komisariat UGM (2009-2010). Penerima Beasiswa Pembinaan Kepemimpinan Muda PPSDMS Nurul Fikri (2008-2010) sekarang sedang menyelesaikan tugas akhir untuk mencapai gelar sarjana ilmu politik. Meminati bidang kajian Politik, Sosial-Budaya, Seni, Filsafat Agama dan Timur Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prof. Nelson Tansu, Ph.D: Professor Termuda Amerika Serikat Asal Indonesia

28 Oktober 2011   03:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:24 4517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adhe Nuansa Wibisono Hubungan Internasional UGM Keberhasilan bukanlah berasal dari tingkat kepintaran, Kunci dari keberhasilan adalah kerja keras dan fokus yang luar biasa [Nelson Tansu] Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober 1977. Dia adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah lulusan universitas di Jerman. Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari lingkungan keluarga berpendidikan. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).[1] Finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) ini adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah hati pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw. Kedua orang tua Nelson adalah lulusan universitas di Jerman dan memiliki bisnis percetakan di Medan. Abangnya, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Ketika masih di Sekolah Dasar, Nelson Tansu gemar membaca biografi para fisikawan ternama. Ia sangat mengagumi prestasi para fisikawan tersebut karena banyak fisikawan yang telah meraih gelar doktor, menjadi profesor dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil menemukan teori (eyang Einstein) ketika masih berusia muda. Karena membaca riwayat hidup para fisikawan tersebut, sejak masih Sekolah Dasar, Nelson Tansu sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat. “Menurut saya, keberhasilan bukanlah berasal dari tingkat kepintaran. Saya sendiri tidak pernah merasa bahwa saya sendiri lebih cerdas atau lebih dari yang lainnya terutama orang-orang Indonesia lainnya. Sebenarnya menurut saya, saya biasa-biasa saja tetapi saya memang orang yang rajin dan kerja keras. Jadi, menurut saya, kerja keras dan fokus yang luar biasa adalah kunci dari keberhasilan. Di samping kerja keras dan fokus, saya juga mendapat dukungan dari istri (Adela Gozali Yose) dan keluarga saya untuk dapat memberikan kontribusi sampai sekarang.” Dari seluruh perjalanan hidup dan karirnya, Nelson mengaku bahwa semua suksesnya itu tak lepas dari dukungan keluarganya. Saat ditanya mengenai siapa yang paling berpengaruh, dia cepat menyebut kedua orang tuanya dan kakeknya. "Mereka menanamkan mengenai pentingnya pendidikan sejak saya masih kecil sekali," ujarnya. Ada kisah menarik di situ. Ketika masih sekolah dasar, kedua orang tuanya sering membanding-bandingkan Nelson dengan beberapa sepupunya yang sudah doktor. Perbandingan tersebut sebenarnya kurang pas. Sebab, para sepupu Nelson itu jauh di atas usianya. Ada yang 20 tahun lebih tua. Tapi, Nelson kecil menganggapnya serius dan bertekad keras mengimbangi sekaligus melampauinya. Waktu akhirnya menjawab imipian Nelson tersebut. "Jadi, terima kasih buat kedua orang tua saya. Saya memang orang yang suka dengan banyak tantangan. Kita jadi terpacu, gitu," ungkapnya. Nelson mengaku, mendiang kakeknya dulu juga ikut memicu semangat serta disiplin belajarnya. "Almarhum kakek saya itu orang yang sangat baik, namun agak keras. Tetapi, karena kerasnya, saya malah menjadi lebih tekun dan berusaha sesempurna mungkin mencapai standar tertinggi dalam melakukan sesuatu," jelasnya. Riwayat Pendidikan Setelah menamatkan SMA, Tansu memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin – Madison, Amerika Serikat. Pada tahun 1998 Tansu berhasil meraih gelar bachelor of science yang ditempuh hanya dalam waktu 2 tahun 9 bulan dengan predikat Summa Cum Laude. Setelah itu, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003. Thesis Doktorat – nya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires mendapat award sebagai "The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award" mengalahkan 300 thesis doktoral lainnya. Selain itu, penghargaan lain yang diterimanya antara lain WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award[2] Dalam pemenuhan gelar doktoralnya, Nelson Tansu mendapatkan tawaran sebagai assisten professor dari berbagai universitas terkemuka di Amerika Serikat. Tawaran-tawaran pekerjaan ini membuat membuang jauh-jauh untuk kembali dan bekerja di Indonesia. Kemudian pada tahun 2003, dalam usianya yang ke 25 tahun, Tansu memutuskan untuk bekerja di Lehigh University sebagai asissten professor di jurusan teknik elektro dan informatika. Ini merupakan kehormatan diangkat sebagai pengajar di universitas. Walaupun saya adalah professor dalam jurusan teknik elektro dan informatika, penelitian saya lebih cenderung kepada fisika terapan dan quantum electronics,” tukasnya.[3] Pada usia 25 tahun Tansu diangkat menjadi guru besar (profesor) di Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania dan langsung mengajar mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3), bahkan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Tansu merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi profesor di Lehigh University. Pada semester musim gugur di tahun 2003, saya mengajar mahasiswa doktoral dalam mata kuliah physics and applications of photonics crystals. Pada musim semi tahun 2004, saya mengajar mahasiswa pasca sarjana dalam matakuliah semiconductor device physic. Mungkin itu,” ungkap Tansu. Selama bulan September ke Desember pada musim gugur 2004, Nelson Tansu mengajar kelas doktoral dalam mekanika kuantum terapan untuk teknologi-nano semi konduktor. Sebagai tambahan, Nelson Tansu juga menjadi supervisor untuk penelitian beberapa mahasiswa PhD dan post-doktoral di Lehigh University. Karena prestasi yang dicapainya, Nelson Tansu menjadi incaran berbagai universitas terkemuka di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Tawaran itu datang dari berbagai universitas di Amerika Serikat, Kanada, Jerman, dan Taiwan. Tentu saja tawaran itu diberikan dari universitas-universitas terbaik yang ada di negara tersebut. Semua tawaran itu didapatkan Nelson Tansu sebelum dan sesudah dia menjadi pengajar di Lehigh University. Tetapi semua tawaran itu akhirnya ditepisnya  dan kemudian dia loyal dan komitmen untuk mengajar di Lehigh University, Pennsylvania. Alasan utama yang dikemukakan Tansu adalah Lehigh bersedia memberikan anggaran yang memadai untuk penelitiannya, semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Menurut Tansu, Lehihg University juga memiliki kepemimpinan yang kuat dan ambisi untuk menjadi yang terbaik dengan memperkerjakan professor terbaik dan terkemuka untuk melakukan penelitian yang berkelas dunia. Kontribusi untuk Dunia Riset Pada April 2007 sampai April 2009, Tansu dipromosikan menjadi Peter C. Rossin (Term Chair) Assistant Professor di Universitas Lehigh. Kemudian pada Mei 2009 sampai sekarang, Tansu dipromosi menjadi Associate Professor dengan tenure di Universitas Lehigh. Posisi Professor dengan tenure adalah merupakan posisi seumur hidup, dan biasanya hanya diberikan kepada profesor yang telah menunjukkan produktivitas yang tinggi dan riset yang berkaliber tinggi.[4] Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.[5] Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan. Bidang research yang didalaminya adalah semiconductor optoelectronics and semiconductor nanostructure devices, di mana saya melakukan riset baik dalam bidang experimental dan theoretically juga. Teknologi yang Tansu kembangkan mencakup semiconductor lasers, quantum well dan quantum dot lasers, quantum intersubband lasers, InGaAsN quantum well dan quantum dots, type-II quantum well lasers, dan GaN/AlGaN/InGaN semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Dengan menggunakan metalorganic chemical vapor deposition untuk mengontrol atom-atom di semiconductor, kita dapat melakukan bandgap engineering dari semiconductor tersebut. Penggunaan teknologi ini mencakup aplikasi di bidang optical communication, biochemical sensors, system deteksi untuk senjata, dan lainnya. Harapannya Untuk Indonesia Saya percaya bahwa kita harus belajar dari Singapore bahwa mereka membayar gaji guru lebih tinggi dari insinyur, dan juga gaji profesor mereka merupakan salah satu yang terbaik di tingkat Asia. Dengan demikian, mereka dapat menrekrut talenta-talenta terbaik domestik dan luar negeri untuk menjadi guru dan profesor di Singapore.[6] “Negara Indonesia adalah Negara besar dengan populasi ke-4 terbesar di dunia. Banyak talenta-talenta luar biasa dari generasi muda kita yang melebihi kita-kita yang sudah lebih senior, dan kita harus dapat memberikan motivasi untuk memajukan mereka, dan juga memberikan bimbingan dan semangat yang tepat untuk dapat mengembangkan talenta-talenta muda tersebut secara optimal. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang harus mampu untuk memberikan kontribusi besar untuk tingkat dunia. Dengan adanya generasi muda bertalenta tinggi di Indonesia (yang menurut saya, banyak yang lebih luar biasa dari kita-kita yang senior), maka saya yakin Indonesia dapat menjadi negara maju dengan masyarakat yang sejahtera dan juga dapat memberikan kontribusi yang luar biasa di tingkat dunia.”[7] “Sewaktu pertemuan di I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) di Jakarta bulan Desember 2010 , saya benar-benar sangat impressed dengan enthusiasm dari generasi muda yang ingin Indonesia maju. Dengan semangat yang demikian positif dan saling mendukung di antara kalangan ilmuwan Indonesia, maka saya yakin Indonesia akan maju dan generasi muda akan terus berkembang melebihi generasi sekarang”.[8] Tentu saja, Indonesia haruslah berpikir bagaimana untuk menyediakan wadah-wadah yang kompetitif yang dapat merekrut dan menampung murid-murid Indonesia yang telah sangat berhasil dalam riset dan pendidikan tinggi mereka di negara-negara maju. Indonesia harus memiliki universitas-universitas yang memiliki reputasi yang tinggi di tingkat Asia, yang mampu menrekrut profesor-profesor terbaik dalam bidang akademik, riset, dan reputasi. Untuk meningkatkan kualitas profesor-profesor di Indonesia, maka universitas haruslah mampu meningkat gaji profesor-profesor di Indonesia. Saya sering mendengar keluhan teman-teman yang telah pulang ke Indonesia sebagai dosen dalam bidang gaji, sehingga mereka harus mengambil pekerjaan konsultansi di luar universitas.[9] Jadi saya sangat berharap bahwa jika Indonesia memang berkomitmen untuk mendirikan universitas-universitas berkualitas tinggi yang dapat mendobrak menjadi salah satu universitas terbaik di tingkat Asia (top 5-10 Asia), maka kita bakal mampu untuk menrekrut professor-professor yang sangat berkualitas tinggi dari manca negara. Dengan adanya universitas-universitas yang bagus di Indonesia, kita juga akan mampu menarik talenta-talenta muda dari manca negara untuk bersekolah di Indonesia.Saya sangat yakin bahwa universitas yang berkualitas tinggi adalah fundamental untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, teknologi, ekonomi, sosial, dan semua ini akan menjadikan Indonesia menjadi salah satu powerhouse di tingkat Asia dan dunia.[10] Untuk meningkatkan kualitas profesor-profesor di Indonesia, maka universitas haruslah mampu meningkat gaji profesor-profesor di Indonesia. Saya sering mendengar keluhan teman-teman yang telah pulang ke Indonesia sebagai dosen dalam bidang gaji, sehingga mereka harus mengambil pekerjaan konsultansi di luar universitas. Sering juga setelah beberapa tahun dalam posisi demikian, mereka mengambil keputusan untuk pergi ke Malaysia atau Singapura untuk posisi yang lebih rendah tetapi gaji yang lebih tinggi. Jadi saya rasa hal gaji adalah hal yang sangat penting untuk didiskusikan. Kita harus belajar dari Korea Selatan, China, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura yang telah sangat sukses dalam merekrut profesor-profesor mereka dari AS dan Eropa terutama dengan memberikan fasilitas riset yang bagus, gaji yang bagus, dan komitmen yang tinggi untuk menjadi universitas top di tingkat Asia dan internasional. Jika Indonesia tidak memiliki wadah yang dapat menampung murid-murid Indonesia yang telah berhasil di negara-negara maju, sangatlah sulit bagi mereka untuk dapat kembali ke Indonesia. Karena, jika mereka pulang ke Indonesia tanpa adanya wadah tersebut, mereka tidak akan dapat mengembangkan karir mereka di Indonesia. Karir ilmuwan tersebut tidaklah panjang, hanya sekitar 30-35 tahun yang produktif dan mungkin 15-25 tahun yang sangat produktif. Dan masa sangat produktif tersebut adalah sewaktu mereka masih muda, kreatif, dan memiliki banyak ide-ide original. Di kalangan masyarakat negara maju, pendidik, guru atau profesor, sangatlah dihormati. Mungkin hal ini disebabkan karena rasa sadar diri yang tinggi dari masyarakat negara maju mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang. Jangan lupa juga, hampir semua penemuan penting yang menempatkan negara maju (seperti Amerika Serikat) berasal dari riset yang dilakukan oleh mahasiswa dan profesor-profesor di universitas. Bangsa Indonesia harus mampu memiliki universitas-universitas berkualitas terbaik (top 10 or top 5) di tingkat Asia. Hal ini merupakan tujuan yang tidak dapat dihindari jika Indonesia ingin menjadi salah satu macan pendidikan di tingkat Asia. Dengan adanya universitas-universitas top 5 dan top 10 di tingkat Asia, maka sumber daya manusia (SDM) terbaik Indonesia dapat berkarya di dalam negeri dan juga SDM terbaik dari luar negeri dapat ditarik untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas generasi muda mendatang. Tentu saja, nasib bangsa Indonesia di masa depan berada di tangan anak-anak muda sekarang. Kalau tidak, memangnya bangsa kita harus tergantung dengan siapa? Tentu saja, anak-anak muda sekarang ini haruslah diberikan contoh-contoh, cara-cara, dan kesempatan-kesempatan untuk mampu menjadi maju dan berhasil. Jawabannya sebenarnya tentu cuma satu, yaitu pendidikan yang terbaik untuk generasi sekarang dan mendatang! Pejaten Barat, Jakarta Selasa , 13 September 2011, 11:36 Referensi : http://www.engineeringtown.com/teenagers/index.php/profil-insinyur/563-prof-nelson-tansu-phd.html http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/02/biografi-nelson-tansu-professor-termuda.html http://aergot.wordpress.com/2008/05/09/nelson-tansu-on-interview/ http://sahuri.wordpress.com/2010/08/22/prof-nelson-tansu-ph-d/ http://sandiaga-uno.com/pesan-untuk-generasi-muda-indonesia-dari-nelson-tansu/ http://id.wikipedia.org/wiki/Nelson_tansu http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1107369788 [1] “Biografi Nelson Tansu : Profesor Termuda Asal Indonesia di Amerika Serikat”, http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/02/biografi-nelson-tansu-professor-termuda.html, diakses pada 13 September 2011 [2] “Prof. Nelson Tansu, Ph.D.”, http://www.engineeringtown.com/teenagers/index.php/profil-insinyur/563-prof-nelson-tansu-phd.html, diakses pada 13 September 2011 [3] “Prof. Nelson Tansu, Ph.D.”, http://sahuri.wordpress.com/2010/08/22/prof-nelson-tansu-ph-d/, diakses pada 12 September 2011 [4] “Prof. Nelson Tansu, Ph.D.”, http://www.engineeringtown.com/teenagers/index.php/profil-insinyur/563-prof-nelson-tansu-phd.html, diakses pada 13 September 2011 [5]“Biografi Nelson Tansu : Profesor Termuda Asal Indonesia di Amerika Serikat”, http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/02/biografi-nelson-tansu-professor-termuda.html, diakses pada 13 September 2011 [6] Algooth Putranto, “Nelson Tansu : On Interview”, http://aergot.wordpress.com/2008/05/09/nelson-tansu-on-interview/, diakses pada 12 September 2011 [7] Sandiaga Uno, “Pesan Untuk Generasi Muda Indonesia Dari Nelson Tansu”, http://sandiaga-uno.com/pesan-untuk-generasi-muda-indonesia-dari-nelson-tansu/, diakses pada 12 September 2011 [8] ibid [9] Algooth Putranto, “Nelson Tansu : On Interview”, http://aergot.wordpress.com/2008/05/09/nelson-tansu-on-interview/, diakses pada 12 September 2011 [10] ibid

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun