Mohon tunggu...
Anwarrovic
Anwarrovic Mohon Tunggu... -

Art Lover

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Sesaat di Pananjakan

23 November 2013   23:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:45 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin, kularung gundah di Ranu Kumbolo

Kini, kuterdampar di Pananjakan

menggigil dalam balutan kabut dini hari

Tepekur dalam diam, menerawang kegelapan menanti fajar

Memoriku melompat tak keruan ke masa silam

Betapa kau mengagumi tempat ini lebih dari yang lain

"Ada eksotisme berlebih", katamu

Kulirik wajah ayu di sampingku, tak acuh !

Tatapanmu fokus pada hamparan lanskap yang membentang

Gugusan gunung Batok, kawah Bromo dan puncak Mahameru di kejauhan

adalah trilogi yang sungguh menakjubkan

"Komposisi alam yang maha dahsyat !", begitu kamu bilang, tetap tak acuh !

Kulirik lagi wajah ayu di sampingku, sembab !

Entah apa yang berkecamuk dalam benakmu

Lidahku keluh tuk bertanya

Kubiarkan emosimu mengembara

Dari Pananjakan ke Lautpasir yang tertutup kabut tebal,

Sabana basah embun pagi dan Pasirberbisik,

yang entah membisikkan apa ke telingamu

Adakah ia menyebut namaku ?

Kulirik lagi wajah ayu disampingku, kini tersenyum penuh arti !

Sesaat, sang surya melukis cakrawala dengan tinta emasnya,

membuyarkan lamunan

Siluet perbukitan perlahan sirna berganti hijau dedaunan

Masih seperti dulu, Lautpasir tertutup kabut tebal

bak gumpalan kapas sutra merendam kaki gunung Batok yang menawan

Kawah Bromo dan Mahameru tak pernah lelah mengepulkan asap putih dari kepundannya

Tak seperti dulu, ku tak lagi bisa melirik wajah ayu di sampingku

Adakah kau diantara gundukan Pasirberbisik,

menanti kata cinta yang pernah kutitipkan padanya

Atau, kau ada di suatu tempat eksotik lain di taman ini

tak jauh dari kuberpijak kini

Ranu Kumbolo, Tanjakan Cinta atau kau sedang bercengkerama bersama edelweis

diantara tebing-tebing curam di puncak Mahameru ?

Kecintaanmu yang menggelora kepada alam, membuatku cemburu !

"Mencintai alam, adalah manifestasi cinta kepada Sang Khalik", begitu pernah kamu bilang

Kuterhenyak, ada kesadaran yang tak pernah kusadari selama ini

Sesaat di Pananjakan, mengingatkanku kepadamu,

terlebih kepadaMu, ya Rabbi !

13852214511115936735
13852214511115936735

1385221772863020503
1385221772863020503

13852218981326036654
13852218981326036654

1385222276248428907
1385222276248428907

Semua foto dokumen pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun