Mohon tunggu...
Anwarrovic
Anwarrovic Mohon Tunggu... -

Art Lover

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Alam yang Kita Miliki Itu Indah

17 Oktober 2012   11:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:44 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_211757" align="aligncenter" width="720" caption="Above the Clouds, Negeri diatas awan."][/caption] Ya, alam yang kita miliki itu indah, meliputi pantai dan lautnya, sungai, danau dan gunung-gunungnya. Sayang keindahan itu seringkali tercemar oleh tindakan bodoh kita. Disadari atau tidak, sering kita ikut andil dalam pencemaran keindahan itu. Yang umum kita lakukan (dalam skala kecil) adalah membuang sampah tudak pada tempatnya alias sembarangan. Lihatlah tempat-tempat wisata (alam) yang ada, baik pantai, hutan atau gunung (wanawisata) yang kita kunjungi, sampah berserakan dimana-mana, padahal di dekat situ tersedia (disediakan oleh pihak pengelola) bak sampah. Kesadaran akan kebersihan pada masyarakat kita sungguh sangat-sangat memprihatinkan. Pencemaran lingkungan ini makin parah jika tempat wisata tersebut mudah dijangkau oleh moda transportasi umum, karena makin banyak pengunjung yang datang makin berpotensi pencemaran yang terjadi. Sering saya jumpai rombongan keluarga yang sedang berwisata, begitu datang di obyek wisata yang dituju, cari tempat strategis, gelar tikar, tak lupa bekal bawaan mereka keluarkan. Mungkin sangking lelahnya karena telah menempuh perjalanan jauh, perut jadi keroncongan...lapar. Nah acara makan-makan pun dimulai, sampai disini sah-sah saja sih sebenarnya. Tapi setelah acara makan-makan ini yang membuat saya tak simpatik. Bungkus makanan, gelas / botol air mineral, tas kresek dll. dibuang seenaknya di sekitar tikar yang mereka duduki, padahal beberapa langkah dari situ tersedia bak sampah. " T e r l a l u....!!"  Begitu bang haji Rhoma bilang. Itu yang terjadi di tempat wisata yang mudah dijangkau. Bagaimana halnya dengan tempat wisata yang sulit dijangkau (karena akses menuju kesana terbatas / sulit) biasanya di wilayah pegunungan, karena untuk mencapainya harus melakukan pendakian yang melelahkan. Inipun tak luput dari aksi seperti diatas, tapi intensitasnya relatif rendah. Satu hal yang mencolok adalah maraknya vandalisme yang dilakukan bukan lagi oleh rombongan keluarga, tapi rombongan kelompok Pecinta Alam (PA), anak muda yang mencari identitas / jatidiri. Ada ironi disini, disatu sisi mereka bangga menyandang nama PA, namun disisi lainnya mereka justru merusak alam itu sendiri (tak semua PA tentu). Ya, kadar pengrusakan/ pencemarannya sih tidak parah-parah amat, paling corat coret di batu, pohon atau tempat-tempat yang mereka anggap strategis (tapi tetap saja itu mengganggu dan tidak enak dipandang mata), media yang mereka gunakan biasanya cat spray, spidol, pisau dll. Apa alasan / tujuan mereka melakukan itu semua? Tak lain tak bukan adalah agar nama mereka (baik sebagai individu maupun kelompok, biasanya itu yang mereka tulis) ingin dikenal oleh kelompok PA lainnya. Narsis ! Wong namanya juga anak muda yang masih labil. Mereka belum memahami hakekat sebenarnya PA. Harapan kedepan agar pencemaran lingkungan ini tidak semakin parah dikelak kemudian hari, ada baiknya mulai sekarang kita tanamkan rasa kesadaran akan lingkungan hidup yang bersih dan indah pada anak-anak kita. Tentu saja kita sebagai orangtua harus memberi contoh / teladan yang baik tentang itu. Tak perlu jauh-jauh, dimulai dari lingkungan terdekat, rumah kita misalnya. Satu lagi, tanamkan slogan PA yang telah disepakati oleh PA di seluruh dunia; "Take nothing but photographs, Leave nothing but footprints and kill nothing but times" Kalau itu masih kurang cukup, bolehlah disertakan juga ucapan Ansel Adams (fotografer dan aktivis lingkungan asal negeri Paman Sam) yang sangat populer di kalangan fotografer; "When words become unclear, I shall focus with photographs, When image become inadequate,  I shall be content with silence" Jadi mulai sekarang, jika anak-anak kita pergi berwisata ke alam bebas, bekali mereka dengan kamera foto, biar mereka fokus dengan foto-foto. Kalau itu kurang memadai, biarkan mereka tenggelam dalam keheningan....Siapa tahu di keheningan itu mereka menemukan hakekat hidup dan jati dirinya. Dengan begitu diharapkan akan tumbuh rasa hormat (respect) dan cinta terhadap alam lingkungan. Alam yang kita miliki itu indah kawan, jadi mari kita jaga kelestariannya. Salam Lestari. [caption id="attachment_211760" align="aligncenter" width="720" caption="Light of Heaven"]

135047358361799162
135047358361799162
[/caption] [caption id="attachment_211761" align="aligncenter" width="720" caption="Harmony"]
1350473814452043112
1350473814452043112
[/caption] [caption id="attachment_211762" align="aligncenter" width="720" caption="Smoke Blocked"]
13504739441036534542
13504739441036534542
[/caption] [caption id="attachment_211763" align="aligncenter" width="720" caption="Baby Climber, Pengenalan cinta pada alam sejak usia dini."]
13504741161868861229
13504741161868861229
[/caption] [caption id="attachment_211765" align="aligncenter" width="720" caption="Take Nothing But Photographs.........."]
13504745661356059190
13504745661356059190
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun