Mohon tunggu...
anwar musadad
anwar musadad Mohon Tunggu... guru -

Bersahaja dan luwes

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belikan Mama Pulsa

10 November 2015   00:46 Diperbarui: 10 November 2015   19:19 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Belikan dulu MAMA pulsa AS 50 ribu di nomor baru MAMA Ini nomornya o852...xxx cepat ya PENTING dari MAMA"

Kita mungkin pernah atau seringkali mendapat pesan singkat (SMS ) seperti di atas tadi atau bentuk lainnya. Barangkali diantara kita ada yang membalasnya dengan berbagai pesan hujatan, caci maki, atau bahkan ada juga yang merasa kasihan. Sipenerima pesan yang merasa kasihan inilah yang akhirnya menjadi korban penipuan yang mengatasnamakan MAMA. Akhirnya korban mengirimkan pulsa sebagaimana yang diminta pelaku penipuan. 

Sebenarnya MAMA minta pulsa ini sudah beroperasi sekian lama. Mungkin saja sudah banyak korban berjatuhan yang merasa iba atau berbelaskasihan terhadap si MAMA yang sebenarnya penipu ulung yang memanfaatkan psikologis manusia dengan pesan bernada mengibakan. Sudah menjadi nurani manusia secara fitrah bahwa hidup harus tolong menolong, apalagi ini ibunya sendiri yang dalam hal ini menginisialkan MAMA. Pelaku paham benar tentang hal ini, maka disebarkanlah ribuan SMS perharinya secara acak ke berbagai nomor telepon seluler. 

Akhirnya sindikat penipuan MAMA minta pulsa ini terkuak setelah tertangkapnya anak buah dari dalang penipuan tersebut. Polisi Akhirnya meringkus anak buah Efendi yang sedang beroperasi di Lembang, Kabupaten Bandung. Dari situ polisi mendapat petunjuk sehingga tak memerlukan waktu lama bisa membekukan otak atau dalang dari penipuan lewat SMS ini yaitu Efendi alias Lekeng di Jalan Trans Sulawesi, Malili Selasa (3/11).

Kisah penipuan pelaku berakhir ditangan anggota Unit II Subditjantras Polda Metro Jaya. Dari hasil pengakuan kepada polisi pelaku mengungkapkan sehari sedikitnya 6 ribu SMS disebar. Dari jumlah tersebut, ada saja yang tertipu. Bentuk penipuannya bukan hanya Mama minta pulsa, ada juga tolong transfer ke nomor ini dan meminta menghubungi nomor yang tertera. Korban biasanya seperti terhipnotis setelah menolong. Ya ng mencengangkan lagi adalah omset yang dapat diraih dari aksi tipu-tipu ini yakni rata-rata 7juta perharinya. Jumlah yang pantastis bagi pelaku yang mengaku hanya bersekolah sampai kelas 1 SMP.

Melihat kasus tersebut tentu kita harus berhati-hati jangan sampai kita menjadi korban berikutnya. Alangkah lebih baiknya ketika kita mendapat pesan singkat atau SMS sebaiknya kita konfirmasi kebenarannya atau lebih mudahnya kita abaikan saja. Tentu yang tak kalah penting lagi adalah menjadi ketenangan jiwa kita ketika menerima informasi atau pesan singkat atau SMS yang belum jelas kebenarannya. Biasakan budaya mengkonfirmasi atau meng kross cek setiap informasi yang diterima atau menghubungi orang orang terdekat kita. Sudah banyak sekali korban penipuan lewat telepon seluler ini.

Kadang kita juga sering merasa terganggu dengan SMS dengan pesan menawarkan produk kejantanan pria, kacamata tembus pandang, obat oles, ada juga SMS yang bernada menggoda atau malah mengaku kenalan perempuan kita. Ini yang membuat suasana tak nyaman, apalagi jika yang membaca SMS itu anak istri kita. Bisa kita bayangkan apa yang terjadi jika hal tersebut menimpa diantara kita. Pesan ini dikirim tak mengenal waktu yang menjengkelkan ketika tengah malam mendapat SMS seperti itu kita mengira itu hal penting. Namun adakalanya juga SMS promo dari provider jasa layanan telekomunikasi yang juga tak mengenal waktu.

Semoga dari dengan tertangkapnya otak pelaku ini, jajaran kepolisian bisa mengungkap lebih dalam terkait penipuan baik lewat SMS maupun telepon seluler sehingga masyarakat selaku pengguna layanan telekomunikasi menjadi aman dan tenang terbebas dari aksi tipu-tipu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun