Mohon tunggu...
Sahab Anwar
Sahab Anwar Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalau mau menunggu sampai siap, kita akan menghabiskan sisa hidup kita hanya untuk menunggu.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tertawalah, seisi dunia akan tertawa bersamamu dan jangan bersedih karena kau hanya akan bersedih sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang tua ku insfirasi ku

23 Juli 2020   23:10 Diperbarui: 23 Juli 2020   23:14 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Tua ku adalah sosok yang sangat menginspirasi. Mereka adalah orang pertama yang saya kenal. Ibuku bernama Sholihatun dan Bapakku bernama Murodil ulum. Mereka menikah pada tahun 1988. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai 2 putra dan 1 putri.
Anak pertama Ahamd sa'dun, dan kedua Unsa fikri dan yang terakhir saya Sahab anwar. Karena mereka orang desa tetapi ilmu agama mereka sangat kuat. Dengan bekal ilmu agama yang diberikan, harapan mereka, anak-anak bisa bisa menjadi anak yang sholih Sholiha semua

dsc-0091-5f19b5dad541df2ce95d41c2.jpg
dsc-0091-5f19b5dad541df2ce95d41c2.jpg
.


Ibu adalah orang yang melahirkan kita ke dunia. Ibu adalah wanita yang sangat aku cinta. Ia adalah wanita yang telah membesarkanku, merawatku, mendidikku, dan orang yang sangat aku kagumi. Ia adalah wanita yang sangat tangguh, penyayang, penyabar, pantang menyerah, dan tiada kasih yang terputus darinya untukku. Menurutku, kasih ibu tiada pernah terbayarkan oleh apapun selain bagaimana kita bisa membuatnya bangga.
Ibuku bernaman Sholihatun, ibuku orang yang sederhana, kegiatan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga, dan terkadang ia ikut membantu bapak dalam mengurus pekerjaan di kebun. Ibu orang yang sangat kuat, ia bisa membagi waktu dalam mengurus keluarga, anak maupun suami. Ia memiliki banyak pekerjaan, namun ia tidak pernah mengeluh dan lelah dalam mengurus pekerjaannya setiap hari. Sebagai ibu rumah tangga, kehidupan ibu sangat sibuk, mengurus semua kebutuhan keluarga, bahkan ibu harus bangun lebih awal untuk mempersiapkan sarapan untuk keluarga, membersihkan rumah, dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan pekerja yang memanen sawit di kebun.
Ibuku sudah tidak muda lagi, ia lahir pada tanggal 05-09-1973, namun ia tetap semangat dan pantang menyerah dalam melakukan rutinitas setiap hari. Bila ada waktu luang, ibuku sangat memanfaatkannya untuk membaca. Walaupun, ibuku tidak lulusan dari perguruan tinggi, ia bisa mengurus keluarga dengan sangat baik. Ibuku adalah wanita yang sangat tangguh, ia rela mengurus semuanya demi kebahahagiaan keluargaku.
Ibuku sangat hobi mengukir, karena sudah terbiasa mengukir dari remaja, maka ia juga mengajari anak anaknya dan kerabatnya untuk melakukan pekerjaannya, agar anaknya juga bisa mengukir sepertinya. Ibuku tidak suka menghambur-hamburkan uang untuk membeli yang tidak dibutuhkan, ibuku selalu mengajari aku untuk berhemat. Aku belajar banyak hal dari ibuku, dia wanita yang sangat tangguh, wanita yang sangat aku cintai, wanita yang sangat berarti dalam hidupku, tanpanya aku tidak akan pernah ada didunia dan tanpanya pula aku tidak akan pernah menjadi seperti ini. Aku bangga mempunyai ibu sepertinya.
Ibu yang selalu aku banggakan, ibu yang selalu bisa membuat anak-anaknya bahagia, dan demi kebahagiaan anak-anaknya bapak dan ibu harus bekerja keras setiap hari. Ibuku tidak pernah bermalas-malasan karena ibuku tahu bahwa kesuksesan akan tercapai jika kita rajin berusaha dan berdo'a, itu yang ibu ajarkan kepadaku. Terimakasih ibu.
Sedangkan Bapak adalah seorang guru dan termasuk tokoh Masyarakat yang sangat baik kepada orang lain dan anak anaknya.
Ada yang unik dari Bapak, Bapak hanya lulusan SD. Tapi Beliau Dan saya sempat bertanya, mengapa bapak tak sekolah Meneruskan sekolah lagi ?. Jawabnya, karena himpitan ekonomi dan kakek saya sudah lansia. Berharap pada 9 kakak dan adiknya tak mungkin, karena mereka memiliki anak yang rata-rata banyak.
Tapi, meski bapak tak menempuh ke jinjang lebih tinggi lagi. Namun dipastikan beliau pandai mengaji al-Qur'an dengan fasih sejak kanak-kanak. Bahkan selain itu, beliau mempunyai keahlian yaitu bisa membaca tulisan Arab Melayu karna bapak hanya seorang lulusan dari ponpes di Saripan jepara.
Maka dari itu walaupun hanya lulusan ponpes pandangan masyarakat yang sangat baik bapak diangkat menjadi guru ngaji maupun guru formal.
Bahkan sampai sekarang bapak adalah sosok yang sangat istimewah bagi ku.
Sedangkan ibuku hanya lulusan smp, walapun hanya lulusan SMP karna Bapakku sebagai seorang yai tokoh Masyarakat bapak mendirikan musholah kecil untuk anak anak ngaji al Qur'an agar ada bibit baik di desaku. Makanya ibu disuru bapak untuk bantu ngajar anak anak ngaji bukan ibu saya kakak kakak ku juga ikut ngajar.
Bapak ibuku Merupakan suatu rejeki tersendiri dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pendidik. Seorang pendidik pada umumnya mengerti apa yang dibutuhkan anak-anaknya. Bapak ibuku yang berprofesi sebagai guru akan menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Jika bertemu dengan kesulitan pun, aku tak perlu repot-repot mencari bala bantuan karena bapak ibuku yang berprofesi sebagai guru akan siap membantu. Mereka juga mengerti kondisi dan apa yang terbaik buatku dan anak-anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun