Kemunculan pasangan ini cukup mengejutkan karena tidak ada yang bersuku Simalungun. Namun sekali lagi, Simalungun adalah wilayah moderat. Apalagi bahasa "Ahap Simalungun" bisa menjadi argumentasi di lapangan.Â
Lagi pula, suara orang-orang bersuku Simalungun akan terpecah karena 3 kandidat  lain mentautkannya.Â
Sementara, bakal calon wakil Tumpak Siregar  setidaknya punya pengalaman karena 5 tahun lalu ia juga running dan jadi penantang serius JR saragih.
Keempat, Wagner Damanik-Abidin Syah Saragih yang maju dari jalur perseorangan. Kabarnya berkas administrasi pasangan ini sudah lengkap dan tinggal di verifikasi faktual. Wagner punya brand bagus, ia adalah Purnawirawan POLRI bintang 2 yang dikenal sebagai orang baik.
Melihat peta kandidat yang sudah mulai jelas dengan asumsi awal : tidak ada efek ekor jas, angka ENPP sebesar 7,4 dan sejarah keterpilihan calon bupati/wakil bupati di Simalungun.
Membuat hipotesis berkembang satu tingkat, bahwa akan terjadi Split Ticket Voting (Pembelahan Suara Pemilih) di Pilkada Simalungun tahun ini, dengan asumsi :
Pertama, melihat keterpilihan kandidat di pemilihan baik itu DPRD Simalungun, DPRD Sumatera Utara, DPR RI hingga Pemilihan Presiden, dimana pemilih di Simalungun menetapkan standard yang berbeda dengan pilihan di TPS bukan karena alasan loyalitas ke partai tertentu membuat pemilih akan cenderung memilih secara faktual jelang hari H.
Kedua, sejarah panjang pragmatisme partai politik pasca reformasi berbanding lurus dengan psikologi pemilih di Kabupaten Simalungun membuat pemilih relatif lebih cair dengan situasi. Misalnya : karena ketokohan kandidat yang dianggap membawa perubahan atau politik uang (vote buying).
Ketiga, Pada situasi pemilihan yang dilaksanakan terpisah antara legislatif dan eksekutif dengan rentan waktu tertentu membuat pemilih di Simalungun memiliki motivasi berbeda menggunakan hak suaranya : bisa basisnya karena kedekatan atau pemilih merasa kandidat merepresentasikan kepentingannya.
Keempat, pemisahan antara alasan moral dan strategis pemilih di Simalungun. Bila alasan moral yaitu mencegah partai yang tidak disukainya berkuasa sebaliknya strategis didasarkan pada kepentingan karena persamaan suku dan agama.
Realitasnya Pilkada di banyak wilayah di Indonesia termasuk di Simalungun memang agak kejam bagi yang punya niatan awal berkampanye dengan visi, misi dan program.