Mohon tunggu...
Anwar Zain
Anwar Zain Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar

Berkarya untuk bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor Emosional-Negatif Anak

24 Desember 2023   00:46 Diperbarui: 24 Desember 2023   00:56 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak usia dini merupakan fase mulainya dinamika perkembangan perilaku anak baik itu perilaku baik ataupun perilakunya tidak baik. Banyak kita jumpai anak seusia dini (0-6 tahun) beragam perilaku dan beragam perubahan stabilitas yang ditampilkannya, terkadang anak tertawa, senyum dan akttif bergerak, tetapi adakalanya juga anak berubah menjadi diam, menangis, bahkan mengamuk tidak kontrol. Mari kita ambil contoh sikap anak-anak ketika pergi kepasar oleh orang tuanya yang mana pada waktu dipasar itu menjumpai toko maianan /penjual mainan. Kebanyakan anak-anak pasti meminta kepada orang tuanya untuk membeli mainan tersebut. Reaksi anak ketika orang tua tidak membelikan mainan yang diinginkannya ada yang diam menerima, ada yang tetap memaksa untuk minta belikan, dan bahkan ada yang mengamuk tidak wajar emosional.

Halodoc
Halodoc

Anak yang tidak bisa mengontrol dirinya (emosional-negatif) ketika keinginannya tidak diwujudkan oleh orang tunya ada bebera faktor yang menjadi penyebabnya:

1. Pola Asuh Orang Tua Yang Memanjakan Anak

Wolipop
Wolipop

Semua orang tua pasti menginginkan agar anaknya bisa bahagia dan senang dengan memberikan apa saja yang anak inginkan. Tetapi apakah selalu memberikan semua apa yang diinginkan anak berdampak positif dalam mendidik mereka!. Dalam konteks pendidikan memubuat anak senang dan bahagia itu merupakan tujuan priotitas agar perkembangan psikologis anak bisa berkembang sebagaimana seharusnya. Tetapi yang menjadi pertanyaan apakah caranya harus mewujudkan apa saja keinginan anak tanpa ada proses dan syarat ikhtiar anak terlebih dahlu !. Tentu  jawabnya tidak, pendidikan yang baik itu untuk membiasakan anak bisa mengontrol diri (emosional-diri) maka anak harus dibiasakan dengan melakukan ikhtiar atau usaha dalam meraih sesuatu yang diinginkannya. Karena kalau anak selalu diberikan apa saja yang diinginkannya, maka sifat dan perilaku anak akan terbiasa manja dan tidak biasa mengontrol diri, sehingga anak tidak sabar, anak tidak stabil kondisi diri, anak mengamuk-amuk tidak karuan dan lain sebagainya. Semua itu disebabkan pola asuh orang tua yang tidak terbiasa memberikan syarat-syarat tertentu ketika anak ingin sesutu, misalnya: ketika anak ingin beli mainan, maka orang tua harus mensyaratkan bahwa boleh beli mainan tetapi berjanji harus 1 (satu) saja, atau ketika anak ingin meminjam HP (handphone) untuk main game maka orang tua mensyaratkan bahwa boleh main HP tetapi harus sholat terlebih dahulu atau tidur siang terlebih dahulu dan lain-lain. Anak yang terbiasa dengan syarat-syart ketika menginginkan sesuatu, maka anak akan terbentuk karakter sifat bisa bersabar, mau menjalani proses atau ikhtiar terlebih dahulu.

2. Pola Komunikasi Orang Tua

Helo Sehat
Helo Sehat

Orang tua yang baik dalam menanamkan sifat mampu mengontrol diri (emosinoal-negatif) kepada anak ialah pola komunikasi orang tua yang terbiasa melakukan pembicaraan kesepakatan terhadap anak sebelum melakukan kegiatan. Banyak kita temui orang tua yang selalu menyalahkan anak atau memarahi anak ketika mereka melakukan sesutau yang dianggap melanggar norma atau perbuatan yang tidak baik menurut orang tua. Padahal ketika orang tua memarahi anak yang melakukan kesalahan yang mana sebelumnya anak tidak mengetahui itu sebuah kesalahan karena tidak ada kesepakatan sebelumnya antara orang tua dengan anak, maka itu kesalahan dari komunkasi orang tua. Kominkasi kesepakatan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak ini sangat penting dalam membiasakan anak bisa mengontrol dirinya agar menepati kesepakatan yang disepakati sebelumnya, misalnya: sebelum pergi kepasar antara orang tua dan anak bersepakat bahwa anak boleh membeli apa saja, tetapi harus 1 (satu) saja)baik itu beli makanan atau maianan. Ketika nanti anak tiba dipasar dan melihat mainan dan makanan, anak berbicara kepada orang tuanya minta belikan maianan dan makanan. Maka orang tuanya mengingatkan dengan perjanjian kesepakatan sebelumnya boleh membeli sesuatu di pasar tapi 1 (satu) saja harus memilih anatara mainan atau makanan. Maka kita harus tegas memberlakukan kesepakatan agar anak terbiasa komitmen dengan janjinya, sehingga anak terbentuk karakter anak yanng bisa menepati janji dan bisa memilih pilihan dengan sadar tanpa mengamuk-amuk (emosioanal-negatif).

3. Pola Interaksi Anggota Keluarga dan Lingkungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun