Mohon tunggu...
anwar rafiudin
anwar rafiudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - hi saya anwar

Assalamu'alaikum wr.. wb., halo teman teman salam kenal nama saya ANWAR seorang Mahasiswa yang sangat tertarik belajar berbagai macam hal termasuk dunia karya tulis, terima kasih sudah berkunjung saya mohon kalau ada kritik dan saran tolong langsung beritahu kepada saya agar saya bisa memperbaikinya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Alasan Mahasiswa/i Rantau Memutuskan Tidak Mudik Lebaran

14 April 2024   00:43 Diperbarui: 14 April 2024   01:46 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://images.app.goo.gl/rj3151rzURz4d3JT6

Mudik bersasal dari kata mulih dhilik dalam bahasa jawa Ngoko artinya pulang sebentar, kegiatan ini sudah menjadi tradisi tahunan dan turun-menurun dilakukan perantau biasanya dilakukan pada 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah hari raya idul Fitri. Lebih lanjut, uniknya mudik hanya dapat ditemui di negara indonesia dan negeri Jiran dengan istilah lain yaitu balik kampung. Setiap mahasiswa/i Rantau yang sedang menempuh pendidikan di luar daerah asal pasti memiliki kesan tersendiri dalam memaknai mudik. 

Beberapa orang memutuskan wajib mudik tiap tahun terutama yang merantau tidak jauh dari kampung halaman dan memiliki biaya yang cukup, sebagian lain menganggap afdal mudik jika tidak ada halangan, dan sisanya mudik tidak wajib kecuali keadaan mendesak seperti; mahasiswa/i Rantau yang sudah tidak memiliki keluarga atau memiliki hubungan keluarga tidak harmonis, dan anti ribet. Meskipun ada keinginan atau usaha agar bisa merayakan bersama keluarga, sanak saudara, dan karib kerabat serta turut merasakan keseruan dan berbagi pengalaman mudik. 

Akan tetapi, bagi beberapa mahasiswa/i Rantau tidak mudik dianggap pilihan terbaik mengingat belum siap memenuhi biaya akomodasi biaya pulang pergi dan kurang lengkap rasanya tanpa membawa oleh-oleh. Serta tidak mudik dapat menghemat lebih banyak pengeluaran untuk disimpan untuk dana darurat, serta menetap di rantauan lebih mudah memperoleh penghasilan dibanding di kampung halaman.  Memang ada  program mudik gratis yang disediadakan institusi pemerintahan hanya saja sistem pendaftaran sedikit rumit, kouta terbatas, dan belum menjangkau seluruh wilayah. 

Di sisi lain, beberapa mengurungkan niat mudik karena tidak sebanding dengan resiko dihadapi seperti; daerah  dilewati mudik rawan kejahatan dan jalur dilewati berbahaya  sehingga keselamatan terancam. Bagi mereka yang sering mudik namun pada libur lebaran ini tidak pulang kampung tentu merasakan bosan, nelangsa, dan kebinguan. Namun, mahasiswa/i Rantau kadangkala mensiasati libur lebaran untuk bersenang-senang dengan pergi ke aneka tempat hiburan dan rekreasi adapula berkunjung ke rumah teman bila rindu pada keluarga cukup mengirim pesan, telepon, hingga video call.

Apabila terlalu sering mudik atau tidak pernah mudik sama sekali terkadang akan dikomentari orang yang julid seperti; tidak peduli dengan keluarga atau merepotkan keluarga dengan biaya besar mudik. Lebih baik, hindari menyampaikan kata-kata yang melukai perasaan mereka. Ubahlah dengan ucapan menghiburnya seperti; semoga nanti bisa mudik tahun depan, ini akan berlalu, mau makan apa? (traktir), jangan stress dulu, nanti kita jalan-jalan yah, aku kirim besok ke rumahmu (hampers/parsel), berapa no. rekening/gopay/ovo/dana-mu?, peluk dari jauh. Selamat berlibur!...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun