Mohon tunggu...
ANWAR ERMAWADI
ANWAR ERMAWADI Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas I SDN Duri Pulo 10, Jakarta Pusat

Saya seorang Guru, Bekerja menjadi guru bukan hanya berbicara soal gaji, namun lebih dari itu guru memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan peradaban dan melahirkan generasi muda yang cerdas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1_Anwar Ermawadi_CGP Angkatan 9

7 Maret 2024   20:48 Diperbarui: 7 Maret 2024   20:51 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamuallaikum Wr. Wb

SALAM GURU PENGGERAK !!!

Hai rekan-rekan sekalian, perkenalkan nama saya Anwar Ermawadi peserta Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 9 Jakarta Pusat DKI Jakarta. Bersama Fasilitator Ibu Sukistiyani dan Pengajar Praktik Sugiati Minah, pada kesempatan kali ini saya ingin membuat tulisan sekaligus menyampaikan tentang koneksi antar materi, Kesimpulan dan Refleksi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Bebasis Nilai-Nilai Kebijakan Sebagai Pemimpin 

Terdapat 10 pertanyaan pemantik untuk saya jawab terkait koneksi antar materi ini.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Dalam proses pengambilan keputusan, Ki Hajar Dewantara menyatakan harus sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Artinya ketika kita dihdapkan dalam kasus dilema etika, kita harus mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang artinyakeputusan dapat berpihak kepada murid, kita juga harus mengambil keputusan dengan teladan, tanggung jawab dan mengayomi.

Tepatnya pada tahun 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa. Beliau pun mencetuskan asas-asas pendidikan yang kita kenal sebagai Patrap Triloka. Patrap Triloka terdiri atas tiga semboyan, yaitu Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Semboyan dalam dunia pendidikan tersebut diterjemahkan menjadi “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”

Penjelasan lengkap mengenai Filosofi  Pratap Triloka berisi

  1. Ing Ngarso Sung Tulodo yang berarti bahwa di depan dapat memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya, guru dilingkungan sekolah maupun anggota masyarakat. Oleh karena itu dalam mengambil suatu keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus terlebih dahulu mengidentifikasi dengan sungguh-sungguh karena segala keputusan yang diambil akan menjadi contoh bagi murid, guru dan anggota  masyarakat. 
  2. Ing Madya Mangun Karsa yang artinya ditengah dapat membangun karsa atau kemampuan atau semangat. Oleh karena itu guru harus mampu mengambil keputusan-keputusan yang berpihak kepada murid dan dapat membangkitkan Karsa semangat dan kemampuan murid.
  3. Tut Wuri Handayani yang berarti di belakang dapat memberikan dorongan semangat pada murid agar dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya ini berarti bahwa guru harus mampu mengambil suatu keputusan terkait proses pembelajaran dan kegiatan sekolah yang dapat mendorong murid agar dapat berkembang sesuai dengan minat, profil dan kesiapan belajarnya

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai seorang guru penggerak harus tertanam pada diri kita dan kita harus mampu mengimplementasikan, salah satu nilai-nilai tersebut adalah berphak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif, dan inovatif. Nilai-nilai tersebut menjadi prinsip kita dalam pengambilan keputusan.  Setiap keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan. Keputusan yang diambil adalah cerminan prinsip pada diri kita. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang guru sangatlah berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang diambilnya dalam suatu pengambilan keputusan. Ada tiga prinsip pengambilan keputusan yang pertama adalah Rule-based Thinking atau pemikiran berbasis peraturan yang kedua End-based Thingking atau pemikiran berbasis hasil akhir dan yang ketiga adalah Care-based Thingking atau pemikiran berbasis rasa Peduli

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Menurut saya kegiatan coaching sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan, dengan tehnik coaching, seorang guru akan menjadi coach bagi dirinya sendiri ataupun orang lain dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya untuk dapat membuat evaluasi dan refleksi tentang praktik pengambilan keputusan yang telah saya ambil. Melalui kegiatan coaching juga, pengambilan keputusan akan lebih efektif karena keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki seseorang. Sehingga keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan akan mendorong terwujudnya wellbeing dalam lingkungan sekolah.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pada saat kita berada dalam proses pengambilan keputusan dilakukan khusunya dalam kasus dilema etika, seorang guru tentunya perlu memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar proses pengambilan keputusan dilakukan secara sadar penuh, kesadaran atas berbagai pilihan dan dampak yang ada. Dari hal tersebut seorang guru yang memiliki kesadaran diri yang baik pasti menunjukkan sikap integritas dan kejujuran dalam pengambilan keputusan, memiliki kemampuan mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuannya. Sehingga diharapkan pada akhirnya keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dalam studi kasus pengambilan keputusan, seorang guru harus memahami terlebih dahulu perbedaan antara bujukan moral dan dilema etika. Guru harus memastikan terlebih dahulu, apakah studi kasus yang di dalamnya adalah benar vs benar atau benar vs salah. Jika studi kasus yang dianalisis adalah benar vs benar, maka guru harus menetapkan langkah pengambilan keputusan. Hal ini karena bisa dipastikan kasus tersebut termasuk dilema etika. Sedangkan apabila kasus tersebut benar vs salah berarti kasus tersebut merupakan bujukan moral. Dalam hal ini,pendidik harus dapat tegas dalam mengambil keputusan dengan keberpihakan pada murid. Dengan demikia, maka sebuah keputusan yang diambil diharapkan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara bertahap dan menganalisis terlebih dahulu berbagai aspek yang pertama yang harus dipertimbangkan adalah empat paradigma Dilema etika. Empat dilema etika tersebut diantaranya individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang.  Tahapan selanjutnya kita juga harus menggunakan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan, Apakah Rule-based Thingking, Apakah End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking. Dan tahapan terakhir adalah kita harus mampu menggunakan 9 tahapan dalam pengambilan keputusan yaitu 

  1. Mengenali terlebih dahulu nilai-nilai yang saling bertentangan.
  2. Menentukan pihak-pihak yang terlibat 
  3. Mengumpulkan fakta-fakta secara lengkap dan detail
  4. Melakukan pengujian benar atau salah 
  5. Melakukan pengujian benar melawan benar 
  6. Melakukan prinsip revolusi 
  7. Mencari atau menginvestigasi opsi trilemma 
  8. Membuat keputusan 
  9. Melakukan refleksi dan mengambil pelajaran dari suatu keputusan yang telah diambil.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang mungkin muncul adalah terjadinya perubahan paradigma lama dan budaya sekolah yang sudah dilakukan sejak dahulu. Diantaranya adalah permasalahan yang kadang memaksa guru untuk memilih pilihan yang kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Lalu terkadang keputusan yang diambil belum menggunakan Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan keputusan. di lingkungan saya yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika, bagaimana kita sebagai pengambil keputusan dapat melihat permasalahan dengan obyektif dan memiliki dampak positif bagi banyak orang. Selanjutnya tantangan-tantangan lain dalam menjalankan pengambilan keputusan diantaranya adalah adanya pemikiran dari setiap individu atau kelompok yang berbeda. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin dalam sebuah lembaga pasti akan menimbulkan pro dan kontra. Seharusnya ekosistem sekolah saling mendukung dan kolaboradi untuk mewujudkan tujuan bersama.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

 Keputusan yang kita ambil tentunya berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid. Contohnya adalah ketika membuat kesepakatan dan keputusan bersama murid, tentang bagaimana strategi pembelajaran dan konten pembelajaran yang mereka sukai sesuai dengan kebutuhan murid. Membuat keputusan pembelajaran yang tepat untuk menggali dan mengembangkan potensi murid dapat diawali dengan melakukan identifikasi kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Jika sebagai pemimpin pembelajaran sudah mengetahui ketiga unsur tersebut, langkah selanjutnya adalah membuat keputusan strategi, pendekatan, model, media, dan bahan ajar yang relevan dan sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan belajar murid , melalui pembelajaran berdiferensiasi konten, proses, dan produk

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil tentu saja dapat mempengaruhi masa sekarang dan masa depan murid. Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada perubahan murid ke depannya. Sikap bijaksana seorang pemimpin dalam hal ini adalah seorang guru sangatlah diperlukan untuk dapat menimbang dan mengeksekusi keputusan yang dihasilkan, serta melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Seorang pemimpin harus dapat mengambil keputusa dengan keberpihakan pada murid.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan uraian di atas adalah, bahwa kita harus mempelajari pengambilan keputusan dengan tepat dalam pengajaran yang memerdekakan anak demi kebaikan mereka di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk bisa menghadirkan masa depan murid yang lebih baik, guru juga perlu mempertimbangkan bentuk diferensiasi dan sosial emosional murid dalam pengambilan keputusan. Tujuannya agar keputusan pengajaran yang kita lakukan sesuai kebutuhan mereka saat ini dan masa depan.

Selain itu, pengambilan keputusan haruslah berlandaskan 3 unsur yaitu nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab tehadap segala konsekuensi, dan berpihak kepada murid. Hal lainnya adalah sebagai seorang guru sudah seharusnya mengubah mindset, bahwa pengajaran yang dilakukan adalah bentuk dari coaching. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan agar murid bisa mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, pengambilan keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan murid haruslah benar-benar berpusat pada murid. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

Demikian materi terkait dengan Koneksi Antar Materi yang ada di Modul 3.1.a.9 tentang pengambilan keputusan yang berkaitan dengan modul-modul sebelumnya.Tulisan yang saya buat mungkin masih kurang lengkap dan bapak/ibu guru CGP lain bisa memberikan masukan,saran dan kritikan di kolom komentar yang ada di bawah postingan ini.Saran dari bapak/ibu guru CGP lain sangat bermanfaat bagi saya sebagai bahan materi untuk memantapkan saya dalam mempelajari modul ini selanjutnya.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Anwar Ermawadi, S.Pd

CGP Angaktan 9 Kota Jakarta Pusat DKI Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun