Mohon tunggu...
Anwar Yulistianto
Anwar Yulistianto Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Aku adalah sebuah titik... Tidak akan pergi menjauh ketika mereka datang mendekat Tidak akah lari mengejar ketika mereka pergi menjauh

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pramuka, Jalan Hidup yang Aku Pilih

14 Agustus 2015   05:56 Diperbarui: 14 Agustus 2015   07:55 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Demi kehormatanku aku berjanji, akan bersungguh-sungguh :
- Menjalankan kewajibanku kepada Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menjalankan Pancasila
- Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
- Menepati Dasa Dharma

Itulah bunyi Tri Satya, sebuah janji yang membuatku jatuh hati pada organisasi ini. Belum lagi kesepuluh butir isi Dasa Dharma yang seolah mewakili dasar-dasar ajaran agama.

Itulah Gerakan Kepanduan Nasional Praja Muda Karana, atau PRAMUKA.  Dan tidak hanya sebatas itu saja, PRAMUKA adalah tempat bernaung bagi orang-orang yang kehilangan arah di masa-masa pencarian jatidirinya. PRAMUKA adalah rumah bagi orang-orang terpinggirkan, orang-orang yang butuh panggung aktualisasi diri dan pengakuan eksistensi. PRAMUKA adalah keluarga bagi orang-orang yang butuh kompensasi atas apa yang tidak didapatkannya di rumah. Kasih sayang dan perhatian. PRAMUKA adalah penghiburan bagi orang-orang yang kesepian. PRAMUKA adalah rumah dan keluarga bagi orang-orang seperti aku.

Kecintaan terhadap tanah air tersirat dari atribut seragam kami. Penanaman ketakwaan pada Tuhan pun dibiasakan. Pengamalan Pancasila juga dimanifestasikan dalam semua kegiatan. Di dalamnya sangat terasa Nusantara dibandingkan dengan yang lainnya.

Sebagai remaja yang besar dari latar belakang keluarga broken home proses pencarian jatidiri amatlah krusial bagiku. Di saat aku kehilangan arah di situlah aku mendapat panutan.

1. Sistem Kesatuan Terpisah

Pemisahan kesatuan putra dan putri merupakan pembelajaran untuk menghargai perbedaan gender. Para pria dididik menjadi seorang pria sejati yang menghargai dan melindungi kaum perempuan. Kaum perempuan juga dilatih untuk mandiri dan berani.

2. Kebersamaan

Bagiku yang di rumah tumbuh sebagai sosok ego sentris, di PRAMUKA aku belajar arti kebersamaan. Tidak melihat Suku, Agama dan Ras, semua adalah sama. Satu untuk semua dan semua untuk satu tujuan bersama.

3. Belajar dan Bergembira

Tali temali, bahasa sandi, baris berbaris, adu tangkas, strategi, berorganisasi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menyenangkan di alam terbuka yang tidak membosankan. Bagiku yang merasakan kesepian di rumah PRAMUKA merupakan tempat aku meluapkan hasrat untuk tertawa dan menyandarkan sejenak beban pikiran dan perasaan.

4. Berkompetisi dan Menghargai

Hasrat untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang tidak kudapatkan di rumah, kulampiaskan di sini. Berbagai trophy telah kudapatkan kepuasan batin telah tersalurkan. Berlomba berusaha berjaya, namun tetap menghormati arti kekalahan.

Jika saja aku tidak memilihnya, mungkin aku telah terjerat dengan para pencandu narkoba. Namun bagiku PRAMUKA adalah candu yang sesungguhnya. Ia adalah keluarga yang selalu kurindukan. Yang telah mendidik dan membentukku menjadi sosok seperti sekarang ini. Maka hingga kami beranak pinak tali kekeluargaan ini tak lekang dimakan zaman.

Selamat Ulang Tahun PRAMUKA ku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun