“Ada empat orang yang hafalan haditsnya paling hebat di dunia ini: Abu Zur’ah dari Ray, Muslim Ibnul Hajjaj dari Naisabur, Abdullah bin Abdirrahman Ad Darimi dari Samarkand, dan Muhammad bin Ismail dari Bukhara.” (Tarikh Dimasyqi (89/58). Demikianlah Muhammad bin Basyar, seorang ulama ahli hadits menyebutkan beberapa sosok yang luar biasa dan mumpuni dalam periwayatan hadits. Di antara sosok yang beliau sebutkan adalah Muslim ibnul Hajjaj dari Naisabur dan Muhammad bin Ismail dari Bukhara. Siapakah keduanya? Adapun Muhammad bin Ismail telah disebutkan biografi singkatnya di sini. Sedangkan Muslim bin Hajjaj? Nama, Tempat dan Tahun Kelahiran Imam Muslim Nama lengkap beliau adalah Abul Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Warad bin Kausyaz Al Qusyairi An Naisaburi. Beliau dilahirkan di kota Naisabur, bagian dari Persia (yang sekarang menjadi bagian dari negara Rusia) pada tahun 206 H dan wafat pada di kota yang sama pula tahun 261 H. Kalau begitu, usia beliau pada saat wafat adalah 55 tahun. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Abdillah Al Hakim An Naisaburi dalam kitab Ulama Al Amshar, juga disetujui An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (123/1). Perjalanan Imam Muslim Dalam Belajar Hadits Imam Muslim tumbuh sebagai remaja yang giat belajar agama. Bahkan, saat usianya masih sangat muda beliau sudah menekuni ilmu hadits. Dalam kitab Siyar ‘Alamin Nubala (558/12), pakar hadits dan sejarah, Adz Dzahabi, menuturkan bahwa Imam Muslim mulai belajar hadits sejak tahun 218 H. Berarti usia beliau ketika itu adalah 12 tahun. Beliau melanglang buana ke beberapa negara dalam rangka menuntut ilmu hadits dari mulai Irak, lalu ke Hijaz, Syam, Mesir dan negara lainnya. Dalam Tahdzibut Tahdzib diceritakan bahwa Imam Muslim paling banyak mendapatkan ilmu tentang hadits dari 10 orang guru yaitu:
- Abu Bakar bin Abi Syaibah, beliau belajar 1540 hadits.
- Abu Khaitsamah Zuhair bin Harab, beliau belajar 1281 hadits.
- Muhammad Ibnul Mutsanna yang dijuluki Az Zaman, beliau belajar 772 hadits.
- Qutaibah bin Sa’id, beliau belajar 668 hadits.
- Muhammad bin Abdillah bin Numair, beliau belajar 573 hadits.
- Abu Kuraib Muhammad Ibnul ‘Ila, beliau belajar 556 hadits.
- Muhammad bin Basyar Al Muqallab yang dijuluki Bundaar, beliau belajar 460 hadits.
- Muhammad bin Raafi’ An Naisaburi, beliau belajar 362 hadits.
- Muhammad bin Hatim Al Muqallab yang dijuluki As Samin, beliau belajar 300 hadits.
- ‘Ali bin Hajar As Sa’di, beliau belajar 188 hadits.
Seluruh guru Imam Muslim tersebut (kecuali Muhammad bin Hatim), juga merupakan guru Imam Bukhari dalam mengambil hadits. Tapi, perlu diketahui, Imam Muslim pun sempat belajar ilmu hadits kepada Imam Bukhari. Ibnu Shalah dalam kitab Ulumul Hadits berkata: “Imam Muslim memang belajar pada Imam Bukhari dan banyak mendapatkan faedah ilmu darinya. Namun banyak guru dari Imam Muslim yang juga merupakan guru dari Imam Bukhari”. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits dari Imam Bukhari. Ada Apa Antara Bukhari dan Muslim? Imam Bukhari adalah salah satu guru dari Imam Muslim yang paling menonjol. Dari beliau, Imam Muslim mendapatkan banyak pengetahuan tentang ilmu hadits serta metodologi dalam memeriksa keshahihan hadits. Al Hafidz Abu Bakar Al Khatib Al Baghdadi dalam kitabnya Tarikh Al Baghdadi menceritakan: “Muslim telah mengikuti jejak Al Bukhari, mengembangkan ilmunya dan mengikuti metodologinya. Ketika Al Bukhari datang ke Naisabur di masa akhir hidupnya. Imam Muslim belajar dengan intens kepadanya dan selalu menyertainya”. Hubungan beliau berdua pun dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Syarah Nukhbatul Fikr, ia berkata: “Para ulama bersepakat bahwa Al Bukhari lebih utama dari Muslim, dan Al Bukhari lebih dikenal kemampuannya dalam pembelaan hadits. Karena, Muslim adalah murid dan hasil didikan Al Bukhari. Muslim banyak mengambil ilmu dari Al Bukhari dan mengikuti jejaknya, sampai-sampai Ad Daruquthni berkata: ‘Seandainya tidak ada Al Bukhari, niscaya tidak ada Muslim. ” Murid-Murid Imam Muslim Banyak ulama besar yang merupakan murid dari Imam Muslim dalam ilmu hadits, sebagaimana disebutkan dalam Tahdzibut Tahdzib. Diantaranya adalah Abu Hatim Ar Razi, Abul Fadhl Ahmad bin Salamah, Ibrahim bin Abi Thalib, Abu ‘Amr Al Khoffaf, Husain bin Muhammad Al Qabani, Abu ‘Amr Ahmad Ibnul Mubarak Al Mustamli, Al Hafidz Shalih bin Muhammad, dan lain-lain. Karya Tulis Imam Muslim Imam An Nawawi menceritakan dalam Tahdzibul Asma Wal Lughat bahwa Imam Muslim memiliki banyak karya tulis, diantaranya:
- Kitab Shahih Muslim (sudah dicetak)
- Kitab Al Musnad Al Kabir ‘Ala Asma Ar Rijal
- Kitab Jami’ Al Kabir ‘Ala Al Abwab
- 4. Kitab Al ‘Ilal
- Kitab Auhamul Muhadditsin
- Kitab At Tamyiz (sudah dicetak)
- Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidin
- Kitab Thabaqat At Tabi’in (sudah dicetak)
- Kitab Al Muhadramain
Dan masih banyak lagi karya beliau lainnya. Lihat Tahdzibut Tahdzib karya Imam Adz Dzahabi. Imam Muslim Pun Memiliki Mata Pencaharian Imam Muslim termasuk diantara para ulama yang menghidupi diri mereka dengan berdagang. Beliau merupakan seorang pedagang pakaian yang sukses dan terkenal dermawan. Beliau juga memiliki sawah-sawah di daerah Ustu yang menjadi sumber penghasilan keduanya. Dalam Siyar ‘Alamin Nubala (570/12) Al Hakim bercerita: “Tempat Imam Muslim berdagang adalah Khan Mahmasy. Dan mata pencahariannya beliau di dapat dari usahanya di Ustu (daerah pinggiran Naisabur) ”. Dalam Tahdzibut Tahdzib hal ini pula diceritakan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Farra: “Muslim Ibnul Hajjaj adalah salah satu ulama besar…. Dan ia adalah seorang pedagang pakaian”. Karakter Fisik Imam Muslim Terdapat beberapa riwayat yang menceritakan karakter fisik Imam Muslim. Dalam Siyar ‘Alamin Nubala (566/12) terdapat riwayat dari Abu Abdirrahman As Salami, ia berkata: “Aku melihat seorang syaikh yang tampan wajahnya. Ia memakai rida (kain lebar yang digunakan untuk menutupi bagian atas tubuh) yang bagus. Ia memakai imamah (semacam sorban) yang dijulurkan di kedua pundaknya. Lalu ada orang yang mengatakan: ‘Ini Muslim’ ”. Dan disebutkan dalam Siyar ‘Alamin Nubala (570/12), bahwa Al Hakim mendengar ayahnya berkata: “Aku pernah melihat Muslim Ibnul Hajjaj sedang bercakap-cakap di Khan Mahmasy. Ia memiliki perawakan yang sempurna dan kepalanya putih. Janggutnya memanjang ke bawah di sisi imamah-nya yang terjulur di kedua pundaknya”. Pujian Para Ulama Kedudukan mulia Imam Muslim disisi para ulama Islam tergambar dari banyaknya pujian yang dilontarkan kepada beliau. Pujian datang dari guru-gurunya, orang-orang terdekatnya, murid-muridnya juga para ulama yang hidup sesudahnya. Ahmad bin Salamah dalam Tarikh Baghdad (102-103/13) berkata: “Aku melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim Ar Razi mengutamakan pendapat Muslim dalam mengenali keshahihan hadits dibanding para masyaikh lain di masa mereka hidup. ” Diceritakan dalam Tarikh Dimasyqi (89/58), Ishaq bin Mansur Al Kausaz berkata kepada Imam Muslim: “Kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah masih menghidupkan engkau di kalangan muslimin”. Dalam Tadzkiratul Huffadz, Adz Dzahabi juga memuji Imam Muslim dengan sebutan: “Muslim Ibnul Hajjaj Al Imam Al Hafidz Hujjatul Islam”. Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim berkata: “Para ulama sepakat tentang keagungan Imam Muslim, keimamannya, peran besarnya dalam ilmu hadits, kepandaiannya dalam menyusun kitab ini, keutamaannya dan kekuatan hujahnya”. Wafatnya Imam Muslim Diceritakan oleh Ibnu Shalah dalam kitab Shiyanatu Muslim (1216) bahwa wafatnya Imam Muslim disebabkan hal yang tidak biasa, yaitu dikarenakan kelelahan pikiran dalam menelaah ilmu. Disebutkan kisah wafatnya dari riwayat Ahmad bin Salamah: “Abul Husain Muslim ketika itu mengadakan majelis untuk mengulang hafalan hadits. Lalu disebutkan kepadanya sebuah hadits yang ia tidak ketahui. Maka beliau pun pergi menuju rumahnya dan langsung menyalakan lampu. Beliau berkata pada orang yang berada di dalam rumah: ‘Sungguh, jangan biarkan orang masuk ke rumah ini’. Lalu ada yang berkata kepadanya: ‘Maukah engkau kami hadiahkan sekeranjang kurma?’. Beliau menjawab: ‘(Ya) Berikan kurma-kurma itu kepadaku’. Kurma pun diberikan. Saat itu beliau sedang mencari sebuah hadits. Beliau pun mengambil kurma satu persatu lalu mengunyahnya. Pagi pun menjelang sedangkan kurma itu telah habis, dan beliau menemukan hadits yang dicari. ” Al Hakim mengatakan bahwa terdapat tambahan tsiqah pada riwayat ini yaitu: “Sejak itu Imam Muslim sakit kemudian wafat”. Riwayat ini terdapat dalam kitab Tarikh Baghdadi (103/13), Tarikh Dimasyqi (94/58), dan Tahdzibul Kamal (506/27). Beliau wafat pada waktu di hari Ahad, dan dimakamkan pada hari Senin, 5 Rajab 261 H. Semoga Allah merahmati beliau atas jasa-jasanya kepada umat ini dan menempatkannya di dalam tempat yang Dia ridai dan dia berkahi. Yaitu tempat kampung halaman kaum mukminin. Negeri idaman mereka. Yaitu surga-Nya. Amiiiin ya Rabbal’alamiin.. sumber: muslim.or.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H