Disney Hostar Indonesia menyuguhkan film terbarunya yang berdurasi 1 jam 46 menit, "Devil on Top". Dibintangi pemeran-pemeran yang sudah tidak asing di dunia perfilman, Angga Yunanda dan Cinta Laura menjadikan film ini dinantikan. Film dengan genre drama, romantis, komedi ini memunculkan aktor Joshua Suherman yang tampil lumayan memukau.
Dalam film "Devil on Top", Angga Yunanda berperan sebagai Angga, Cinta Laura sebagai Sarah, Joshua Suherman sebagai Rudi, Kenny Agustin sebagai Richard, Lolox sebagai Bony, dan Roy Marten sebagai Pak Firman. Dilihat dari judulnya, "Devil on Top", asumsi terhadap film ini akan seperti film "Moxie", "Devil Wears Prada, atau "Cruella. Terlebih, sosok Cinta Laura sebagai "devil" dalam realita sehari-hari selalu memperjuangkan hak-hak perempuan, kesetaraan gender, membuat ekspetasi terkait film "Devil on Top" semakin liar.
Diawali adegan pertama menyorot riuhnya suasana kantor karena kedatangan bos galak mereka, Sarah. Kepanikan orang-orang menyambut kedatangan Sarah langsung mentransferkan karakteristik Sarah sebagai bos garang, pemarah. Adegan seseorang jatuh saat sarah berjalan benar-benar menghibur. Seharusnya pemeran-pemeran tanpa dialog atau figuran dapat memainkan perannya semaksimal mungkin karena kenaturalan mereka sangat berpengaruh terhadap alur film yang dihadirkan.
Kerasnya Sarah dalam menjalankan kepemimpinannya membuat Angga dan teman-temannya terusik dan ingin mendepak Sarah. Di sinilah awal konflik dalam "Devil on Top". Mereka merencanakan taktik masing-masing untuk membuat Sarah terlempar dari posisinya. Sampai akhirnya, Angga menemukan sisi lain dari Sarah yang tidak pernah diketahui orang lain. Pun Sarah mulai menemukan nyaman atas kehadiran Angga.
Masalah berlanjut dengan adanya kehadiran Pak Firman, anak kecil yang tinggal bersama Sarah, yakni Bimo yang membuat alur dengan durasi 1 jam 46 menit terasa terburu untuk kiranya rampung. Terlebih adegan pembobolan di rumah Sarah, Angga dan teman-temannya menggunakan penutup muka, tapi hanya dikenakan seperti aksesoris, topi. Maksudnya, jika memang tidak digunakan untuk menutup wajah, tidak perlu percakapan untuk menggunakan penutup muka saat memasuki rumah Sarah.
Setelah adegan masuk ke rumah Sarah dan menemukan fakta terkait Bimo, beberapa rencana Angga dan teman-temannya sempat beberapa kali gagal, tetapi akhirnya berhasil menyingkirkan Sarah dari kantor.Â
Namun, keberhasilan itu tidak bisa dirayakan Angga dan teman-temannya karena perubahan arah tujuan dari Angga yang tidak lagi kepada teman-temannya. Hingga, Angga dan Sarah keluar dari tempat kerja mereka.
Adegan selanjutnya yang terkesan terburu adalah penyelesaian konflik. Hal ini seketika meruntuhkan segala perkiraan tentang adanya kesamaan terhadap film "Moxie", "Devil Wears Prada, atau "Cruella.Â
Sosok Sarah tidak sekejam judul yang ditampilkan, konflik yang diangkat terlalu banyak, dan akhir cerita yang sudah bisa ditebak adalah beberapa kesan terhadap "Devil on Top".
 Jika ceritanya sedikit dibelokkan seperti berikut ini mungkin akan lebih menarik. Sama seperti di film, adegan awal memperlihatkan Sarah dengan segala kekuatan yang menakutkan, galak, kejam, superdisiplin, keras, jarang tersenyum.Â
Segala bentuk kekejaman Sarah terus ditampilkan hingga karakter Sarah semakin kuat, seperti pembebanan kerja, kata-kata Sarah yang menyudutkan mental, dan ketertarikannya pada uang daripada asmara atau pria. Selain itu, Sarah juga melawan perilaku seksisme, berusaha menyejahterakan anak buahnya sehingga situasi rekan kerja rumit karena beban kerja yang tidak sehat ditimpali dengan penghasilan yang banyak.
Sampai akhirnya, Angga, Richard, Rudi, Bony bertaruh seperti dalam film, tetapi bedanya adalah taruhan untuk membuat Sarah menjadi lebih manusiawi. Nah, di sinilah unsur komedi dapat dimasukkan saat mereka satu per satu merancang segala cara dan merealisasikannya untuk membuat Sarah lebih ekspresif, tidak hanya marah.Â
Dalam momen tersebut mereka juga semakin mengetahui alasan Sarah tidak sebegitunya berempati, menutup segala ekspresi. Hingga akhirnya, Angga dapat membukanya, Sarah perlahan mengarahkan keteratrikannya kepada Angga.
Akhir yang tidak disangka, bukannya hubungan percintaan yang didapat, Sarah justru memperlakukan Angga sangat berbeda antara di luar kantor dan di dalam kantor. Angga pun dengan keirasionalannya selalu mengangguk atas perintah Sarah, suasana kantor tidak berubah, Sarah pun demikian, dan Angga adalah boneka favorit Sarah. Ditutup dengan adegan Sarah dan Angga saling memeluk di sofa rumahnya sambil mengedipkan salah satunya matanya ke kamera, selesai. Dengan begitu, antara cover dan jalan cerita menjadi lebih menyatu, satu tuju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H