Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pilih Sekolah, Ya, di Dekat Rumah

11 Januari 2021   22:33 Diperbarui: 11 Januari 2021   22:38 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/askaralangit

Kebijakan tentang "sekolah zonasi" memberikan dorongan cukup besar bagi anak untuk bersekolah di dekat tempat tinggalnya. Kebijakan ini pada awal tercetus mendapatkan banyak sorotan kontra.

Kebijakan zonasi dinilai tidak menyuburkan "persaingan" antarsekolah. Anak yang tadinya bersemangat agar dapat diterima di sekolah tertentu karena sekolah tersebut dilabeli sebagai "sekolah favorit" seakan sirna. Anak-anak cenderung pasrah dengan slogan "yaudahlah" atas kemudahan akses untuk bersekolah di dekat tempat tinggalnya.

Namun, lambat laun, kebijakan ini mulai dimengerti arah tujuannya. Label sekolah favorit sama halnya dengan label siswa populer. Siapa pun yang berteman dengan siswa populer akan merasa populer dengan kemungkinan dampak adanya label siswa tidak populer bagi yang tidak masuk di dalam lingkar pertemanannya.

Begitu pun sekolah zonasi yang memiliki tujuan "semua sekolah adalah favorit". Dengan demikian simpulan awal yang tersebar bahwa kebijakan ini mematikan persaingan justru terbalik. Kebijakan sekolah zonasi memiliki tujuan agar seluruh sekolah saling berkompetisi dengan menyediakan kemudahan akses bagi seluruh anak di negeri kita tercinta ini. 

Meskipun demikian, pendapat ini bisa dibantah lagi dengan adanya kebebasan sekolah untuk mengembangkan diri dan siswa memilih sekolah yang ia ingini. Namun, sepertinya faktor "kebebasan" tersebut belum bisa mewujudkan cita-cita Indonesia memiliki pendidikan yang setara. 

Kemudahan akses teknologi, kelengkapan sarana prasarana, lingkungan belajar kondusif memang seharusnya terwujud di semua sekolah. Nah, zonasi merupakan cara yang dianggap ampuh untuk memulai perubahan ke arah tersebut.

Jadi, harus pilih sekolah di dekat rumah?

Kalau memang anak menginginkan sekolah negeri dengan berbagai pertimbangan yang orang dewasa ikut andil di dalam tentunya, alternatif zonasi memang hal yang harus dipenuhi. 

Sekolah X dikenal favorit, sementara rumah kami tidak satu zonasi, apa solusi yang harus dicari?

Nah, ini sering terjadi, perkara label "favorit" tadi. Jika ada kemudahan akses pindah rumah dan lainnya, ya, silakan saja. Namun, hal tersebut tidak sebegitu perlunya dilakukan. Pemerintah sudah membuat program sedemikian rupa agar sekolah negeri di Indonesia seragam.

Jadi, kebijakan umum di sekolah X mungkin tidak jauh berbeda dengan Y yang sama-sama negeri. Sesuatu yang bisa berbeda adalah sekelompok orang yang ada di dalamnya. Hmm, menilai iklim suatu pergaulan di sekolah, bisakah akurat dideteksi?

Yang lebih penting adalah kesiapan anak secara pribadi. Artinya, harus diketahui secara pasti, "apakah keinginan anak sangat besar untuk sekolah di tempat itu", "apa alasannya", "apakah anak menurut saja pada pilihan orang tua", "apa alasannya", "adakah bakat anak bisa lebih tereksplor di sekolah itu", dan masih banyak lagi.

Jadi, jangan sampai memaksa anak untuk pindah rumah hanya untuk mengejar sekolah tertentu yang padahal anak tersebut bisa beradaptasi di mana pun ia bersekolah. 

Intinya, komunikasi dengan anak itu penting. Jika anak sudah diberikan kelonggaran memilih, ia akan belajar bertanggung jawab terhadap pilihannya tersebut. Deteksi kemauan anak dan jalin komunikasi demi kemerdekaan jalan meraih prestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun