Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel Tidak Populer: Perjuangan Hyena Meraih Kasta

7 Januari 2021   22:06 Diperbarui: 7 Januari 2021   22:10 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan cerita fabel tentang kisah-kisah lucu atau cerita penuh romantisme kupu-kupu. Ini adalah cerita yang tidak banyak diceritakan. Cerita fabel tentang perjuangan hyena, hewan yang hanya dianggap bayangan atas singa yang selalu dihadirkan dengan doktrin kuasa.

Berada di ladang gersang, berangin panas, dengan sengatan bau-bau getir darah buruan Singa, para Hyena masih menatap di sana. Tidak seperti para Singa yang bebas berkelana, menjelajah dan mengambil kuasa, para Hyena tidak bisa apa-apa. Di balik goyangan lemas tak berdaya rumput-rumput tinggi, ada Hyena yang sehari-harinya hanya bisa mengamati.

Hyena, hidupnya adalah menjadi bayang-bayang, seolah tidak begitu ada gunanya untuk berperan. Setiap hari, para Hyena hanya menunggu dan berharap, menunggu ada sisa, berharap Singa tiada. Setiap hari, para Hyena seperti melihat atraksi. Para Hyena kecil melihat antusias seakan ingin pergi. Pertunjukan Singa dalam pengejeran ambisinya meraih Rusa, Kijang, Zebra semakin menegaskan bahwa Hyena bukan dari bagian mereka.

Para Hyena sebenarnya hanya memakan makanan sisa. Makanannya adalah bangkai yang ditinggalkan tuannya karena bosan. Berbagi dengan burung Hering dan Lalat tak ubahnya menjadi kebiasaan. Hyena betina kecil memandang sendu peristiwa itu. Dalam batinnya, ia berbisik "Bukankah aku ini juga pemburu?" Hyena betina kecil berjalan menyusuri sungkai dangkal bebatuan. Ia becermin di sana. Ia mengamati apa-apa yang ada di tubuhnya, gigi tajam, kaki empat tangkas, dan penciuman yang luar biasa. Untuk pertama kalinya, ada Hyena yang memuji dirinya sendiri.

Hyena betina kecil berlari kencang, ia tampak begitu aktif dan ceria. Sambil berlari, ia melihat ada bayang-bayang dirinya. Matahari menyorot begitu kuat hari itu. Hyena betina kecil semakin yakin bahwa kaum Hyena bukan hanya sekadar bayang-bayang Singa. Hyena adalah hyena, yang tak cukup percaya bahwa di dalam mereka ada hyena. Ketangkasan, kecepatan, ketajaman mata dan penciuman, Hyena betina kecil yakin bahwa kawan-kawannya tak menyadari semua itu. Langkahnya terhenti, melihat kaumnya sedang menunggu dan mengamati, berharap ada sisa daging untuk hidup hari ini.

"Jika aku berkata kepada mereka tentang sesuatu yang ada di dalam diri kita, mereka pasti tak percaya. Tapi, aku akan memulainya karena Hyena seharusnya tidak hanya bertahan saja, tetapi juga bisa menyerang kapan saja." ucap Hyena betina kecil.

Mulai saat itu, ia mengumpulkan massa yang mulai dari teman-teman sebayanya. Para Hyena kecil mengamati tingkah laku Singa, berlatih, dan mempraktikannya. Hal itu terus mereka lakukan sampai akhirnya mereka bisa melakukan perburuan. Meski hanya seekor kelinci, para Hyena kecil yang beranjak dewasa itu riuh dalam kesenangan dan candu dalam perburuan.

Tanpa sadar, para Hyena tua mengamati, melihat yang terjadi. Awalnya kelinci, lalu Sapi, disusul Rusa, sampai akhirnya Wildebeest. Para Hyena dibuat tercengang dengan kejadian di mata mereka. Hyena betina kecil berhasil menjadi pemimpin kawan-kawannya untuk berburu dan menumbuhkan rasa candu untuk terus berburu. Hyena muda tidak lagi ingin menunggu karena berebut buruan adalah hal yang bagi mereka lebih seru.

Pagi itu, para Hyena muda masih terlelap karena merasa kenyang dan enggan berjalan ke mana-mana. Namun, Hyena betina pimpinan mereka mencium bau singa. Ia segera terperanjak bangun melihat sekitar. "Huhh." Ia menghela napas menyadari teman-temannya aman. Hyena betina menyusuri asal bau, melewati runput-runput tinggi sambil meruncingkan pandang, meninggalkan teman-temannya yang masih terlelap pulas. Dari kejauhan terlihat, seekor Singa muda gagah membidik kumpulan Wildebeest. Walaupun terasa masih sangat kenyang, Hyena betina berencana merebut bidikan Singa muda itu.

"Hai, itu punyaku!" kata Hyena betina cukup keras. Singa muda memasang wajah geram, matanya terbuka lebar, ia pun berlari mengejar bidikan yang kabur karena suara Hyena. Wildebeest berusaha berlindung di balik kerumumannya, para Wildebeest pun langsung membentuk formasi bertahan diri. Singa muda yang tadinya berlari menjadi terhenti. Sementara, Hyena betina asyik mengamati.

Tanpa menunggu lama, pandangan Singa muda beralih ke arah Hyena betina. Singa muda tampak begitu geram, gerakannya terlihat jelas ingin menerkam, menghaluskan seluruh tulang kecil Hyena betina. Sambil terus berlari menghindar, mata Hyena betina tampak berkaca-kaca, tetapi terus berusaha mempercepat langkah kecil tangkasnya. Di hadapan Hyena betina tiba-tiba sudah ada teman-temannya yang ternyata juga mencarinya. Mereka pun bertarung.

Memang pada akhirnya, Singa muda gagah itu mati. Akan tetapi, satu teman Hyena betina juga lenyap nyawanya. Hyena betina merasa sangat menyesal, terpukul atas keadaan yang tak siap ia saksikan. Karena rasa rakusnya, Hyena betina justru menuruti dan mengikuti arah kebodohan atas keputusannya mengganggu Singa yang jelas-jelas tidak mencari masalah dengannya. Hyena betina memutuskan untuk berdiam di dalam goa lembap sendirian. Sementara, kawanan lainnya terus belajar mengasah kemampuan dan strategi perburuan.

Belum lama Hyena betina mengurung diri, salah satu Hyena tua berlari ke arah kumpulan Hyena muda. Sambil terengah-engah, dia berucap, "Kumpulan Singa mem.. memm..membunuh kaum kita!" Hyena betina yang mendengar itu langsung berlari. Tanpa basa-basi seluruh kawannya mengikuti.

Para Hyena muda melihat pemandangan memuakkan sepanjang abad, para Singa melumat tanpa sisa kumpulan Hyena tua yang biasanya menunggui mereka selesai makan. Kini, semua Hyena tua menjadi santapan dan Hyena muda yang dengan sangat jelas menyaksikan. Air mata Hyena muda menetes, tubuhnya gemetar, amarahnya memuncak. Lirikan tajam yang mengarah ke seluruh kawanannya semacam sebuah kode kematian yang diarahkan tepat di nadi para Singa. Seluruh kawanannya mengangguk dan menyerang para Singa tanpa ampun.

"Kalian membunuh anak laki-lakiku satu-satunya. Tidak akan kubiarkan hewan menjijikkan seperti kalian menguasai tempat ini. Kalian dan seluruh keturunan kalian adalah ketidaklayakan yang sudah seharusnya dimusnahkan. Kepunahan kalian adalah berkah untuk semesta." ucap Singa tua menggebu-gebu.

"Baiklah." balas Hyena muda dengan senyum tak simetrisnya.

Pidato amarah Singa menjadi celah Hyena untuk segera menerkam leher dan perut Singa tua. Strategi Hyena dalam bertahan dan saling melindungi membuat kawanan Singa kalang kabut. Satu per satu dari mereka mati dan yang lainnya memilih lari.

"Sudah, tidak perlu dikejar. Biarlah singa-singa itu hidup dalam kegelisahan dan kebodohan atas kuasa yang terus mereka gelorakan. Sampai akhirnya, kita bertemu. Di sanalah kita tahu bahwa mereka adalah musuh abadi yang layak untuk mati." tegas Hyena betina.

Hari demi hari, dihabiskan para Hyena muda dengan gembira sambil sesekali bertengkar dan kembali tertawa. Tanpa perlu banyak upaya, hewan-hewan dengan mudah disantap. Hingga pada suatu ketika, Hyena betina mencium bau-bau asing. Dari balik rumput-rumput, Hyena betina melihat hewan berkaki dua, bertangan dua sambil membawa kapak genggam.

"Hewan apa itu?" tanyanya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun