Hai, 2021
Oh, tidak perlu kamu tanyakan bagaimana keadaanku karena akan kuberi tahu terlebih dahulu. Aku bersama 2020 sama seperti yang lainnya. Seluruh drama hidup yang didominasi tragedi dengan sedikit komedi, dan romantisasi. Oh, bagaimana aku menjalaninya?
Aku bersama kakiku terus melaju ke arah yang entah di mana itu. Bagiku yang terpenting adalah menjauh, tidak hanya di situ. Di mana? Tempat yang penuh dengan asumsi, harapan muluk-muluk, dan kursi nyaman untuk menunggu. Ah, tidak ingin aku kembali ke situ.Â
Hai, 2021
Umurku memang terus melaju, boleh kau sebut tua atau apalah itu. Aku bersama teman-teman 2020-ku, mereka yang bertahan melewati hari demi hari meski merasa ingin mati karena masalah yang biasa dianggap orang lain sepele dan kecil itu, akan terus melaju, sama seperti umurku. Mungkin kita tidak akan tahu apa yang terjadi pada hari esok, tapi hari ini kita bertahan. Hari ini tetap berarti meski terkadang kita merasa sepi, lelah, bingung, dan canggung. Tak apa, kita manusia.
Seperti halnya lubang jalan yang selalu kuhindari, begitupun kuperlakukan segala bodoh pada 2020. Meski tertutup, akan kutunjukkan bahwa otakku mendominasi daripada hati atau perasaan-perasaan itu. Untuk teman-teman 2020-ku, yang selalu menemani dan menyadarkan bahwa segalanya peru dipikirkan, kita akan berbahagia atas buah berpikir.
Kita akan menemukan tempat lain dari 2020, tempat ternyaman yang tidak akan kita sangka sebelumnya. Tempat yang memang benar tanpa kita perlu merasa benar sebelumnya. Bersama otak dan pikiran, kita akan terus bertahan.
Hai, 2021
Aku akan berjalan dengan atau tanpa harapan yang kusahakan ada setiap hari. Aku akan tetap bersemoga entah lantang atau dalam diam. Â Maka dari itu, jangan terus bungkam dalam rahasia-rahasia itu.Â
Hai, 2021