Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengubah Paradigma Evaluasi dengan Mengenal Lebih Intim AN (Asesmen Nasional), Pengganti UN (Ujian Nasional)

23 Oktober 2020   09:55 Diperbarui: 23 Oktober 2020   13:03 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Munculnya sosok Nadiem Makarim yang bukan berasal dari ekosistem pendidikan dalam kabinet Indonesia Maju dengan segala gebrakannya selalu menjadi buah bibir. Hal yang sama juga terjadi pada gagasannya untuk mengubah UN (Ujian Nasional) menjadi AN (Asesmen Nasional). Pergantian ini seolah ingin menampar segala pihak yang masih keliru dalam menafsirkan makna "evaluasi". 

Gagasan penghapusan UN dan kemunculan AN ini pun tidak lepas dari kontroversi. Belum lagi, bagi orang-orang yang kaku terhadap perubahan dan terlalu kolot dengan hal-hal aman, stagnan, pergantian ini bukanlah hal yang benar-benar bisa mereka terima dengan mudah.

Sudah seharusnya, pemikiran ihwal "perubahan" menjadi sesuatu yang biasa. Segalanya bisa berubah, kebudayaan ataupun ilmu pengetahuan. Jika kita hanya memilih diam, sementara dunia dengan waktunya terus bergerak, kita akan tertinggal. Dilihat dari tirto.id bahwa nilai PISA Indonesia berdasarkan survei pada 2018 adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan membaca (peringkat 72 dari 77 negara).

b. Kemampuan matematika (peringkat 72 dari 78 negara).

c. Kemampuan sains (peringkat 70 dari 78 negara).

Sebelum membahas lebih intim mengenai AN (Asesmen Nasional), perlu dipahami bahwa permasalahan yang jelas terjadi dari penyelenggaraan UN adalah fungsinya sebagai alat evaluasi yang salah. Menurut pandangan Sabda PS, Founder Zenius, terjadi masalah ketika suatu alat evaluasi belajar dijadikan pula alat seleksi. 

Pendapat ini sejalan dengan realita bahwa UN dijadikan alat seleksi untuk masuk ke tingkat sekolah selanjutnya. Padahal, fungsi evaluasi adalah mengetahui evektivitas suatu kegiatan yang dilakukan. Dalam hal ini, evaluasi bergantung pada indikator yang ingin dicapai. Sifanya pun relatif atau berdasarkan kemampuan, kemauan, dan tujuan.

Untuk mengembalikan fungsi "evaluasi" yang sudah salah kaprah itulah, tercetus AN (Asesmen Nasional). Hal ini ditegaskan oleh Mendikbud bahwa AN (Asesmen Nasional) 2021 dilakukan sebagai pemetaan dasar kualitas pendidikan yang nyata di lapangan. 

Tidak seperti UN, AN (Asesmen Nasional) tidak bersifat high sticking risk atau tidak ada konsekuensi bagi sekolah dan siswa. Mendukung pernyataan Mendikbud, BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) juga mengatakan bahwa AN (Asesmen Nasional) adalah buah transformasi pendidikan di tingkat sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pengajaran, dan lingkungan belajar di satuan pendidikan.

Dengan demikian, jelas bahwa AN (Asesmen Nasional) tidak digunakan untuk mengevaluasi capaian individu, tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil. Hingga akhirnya dapat dilakukan refleksi untuk mempercepat perbaikan mutu pendidikan Indonesia. Nah, beberapa poin penting dalam AN (Asesmen Nasional) yang perlu diketahui adalah sebagai berikut.

1. Instrumen Utama AN (Asesmen Nasional)

Terdapat tiga instrument utama AN (Asesmen Nasional), yakni asesmen kompetensi minimum (AKM), survei karakter, dan survei lingkungan belajar.

a. AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) berfokus pada literasi dan numerasi. Namun, hal ini tidak seharusnya dimaknai bahwa hanya ada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika saja. Dalam hal ini, diharapkan terjadi integrasi antarmata pelajaran untuk memecahkan permasalahan tertentu. 

Nah, ini mengindikasikan bahwa framework AKM berdasarkan konteks atau adanya permasalahan atau cerita tertentu dalam implementasi soal-soalnya. Intinya, dalam AKM dituntut kemampuan berpikir, yakni mengolah informasi secara kritis sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, mempertanyakan segala sesuatu, dan mempunyai pemikiran kritis.

b. Survei karakter dirancang untuk mengukur capaian hasil belajar sosio-emosional siswa yang berupa iman dan takwa kepada Tuhan YME, akhlak mulia, kebinekaan global, mandiri, gotong royong, nalar kritis, dan kreatif. Dalam hal karakter, dibutuhkan peran besar dari guru untuk memberikan contoh dan menyisipkan beberapa nilai dalam pembelajaran sehingga siswa dapat dengan tepat menentukan keputusan moral dalam kasus-kasus sehari-hari.

c. Survei lingkungan dilakukan untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah. Dengan demikian, harapannya adalah tercipta kesetaraan berupa fasilitas atau elemen pendukung lainnya.

2. Subjek AN (Asesmen Nasional)

Tidak sama dengan UN (Ujian Nasional) yang hanya diikuti oleh siswa tingkat akhir (kelas IX dan XII) jenjang SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK, AN (Asesmen Nasional) diikuti oleh siswa seluruh jenjang pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK) kelas V, VIII dan XI. Alasan pemilihan peserta AN (Asesmen Nasional) adalah adanya perbaikan yang dapat diterapkan kepada peserta AN (Asesmen Nasional).

3. Bentuk AN (Asesmen Nasional)

Nah, jika UN seluruh soalnya berbentuk pilihan ganda, AN (Asesmen Nasional) memiliki dua kategori, yakni objektif dan nonobjektif esai. Untuk kategori objektif, bentuk soal berupa (a) pilihan ganda (hanya ada satu jawaban benar), (b) pilihan ganda kompleks (jawaban benar lebih dari satu), (c) menjodohkan, dan (d) isian singkat (nama, angka, benda yang sudah pasti).

Setelah mengetahui beberapa poin penting AN (Asesmen Nasional) dan penerapan evaluasi yang selama ini kacau, kita selayaknya sadar bahwa kita butuh perubahan. Karena AN (Asesmen Nasional) merupakan yang pertama kalinya, tentu pelaksanannya tidak akan mudah. Namun, jika kita mau membuka diri, mau menerima perubahan, mau belajar, tidak ada yang tidak mungkin pelaksanaan AN (Asesmen Nasional) akan berhasil karena jika tidak memiliki kemauan-kemauan itu, sosialisasi sehebat apa pun tidak akan bisa mengubah sesuatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun