Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Crush, Jebakan Cinta Baru

8 Maret 2020   16:46 Diperbarui: 8 Maret 2020   16:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: photographymag.tn

Saat itu, gerimis belum datang sesering ini.  Semburat matahari dan kekuasaannya masih memonopoli. Begitu juga segala ingatan tentang kisah lalu yang masih saja bermuara kepada orang yang satu, Mantan. Sebelumnya, ingin kuceritakan dahulu agar kalian tahu. Aku dan Mantan sudah menjalin hubungan lebih kurang lima tahun. Bayangkan, masa SMA-ku jemu tak jemu kuhabiskan bersama dirinya. Bahkan, akhirnya kami berada di kampus yang sama. 

Dua semester lebih kurang juga kulelahkan diriku untuk tetap bersamanya. Dari makan bakso, mi ayam, mi tek-tek, burjo, favoritnya adalah penyet ayam bakar dengan dua tempe plus nasi yang bisa mengambil sepuasnya di dekat rumahku. Mantan tidak suka makan di tempat-tempat tongkrongan anak-anak hits, termasuk menonton film dan nge-mal bukan caranya untuk membunuh waktu bersamaku. 

Mantan cenderung pendiam, terkesan dingin bagi orang-orang. Namun, ketika bersamaku dirinya bak ustaz kondang yang bisa berceramah berjam-jam. Dia suka mengobrol, apa pun, dari mulai sepak bola, kisruh politik, kebiasaan buruk kakaknya, pemanasan global, sampai mata pelajaran tertentu. 

Menyoal lebih jauh tentang Mantan, sebenarnya aku yang mengajaknya berkencan untuk pertama kali. Tentu saja dengan SMS saat itu, bukan dengan aplikasi Tik Tok diiringi lagu Make You Mine. 

Saat itu, aku hanya melihat dia secara fisik karena terlihat lucu dibandingkan teman-teman sekelilingnya. Dia sedikit gembul dengan pipi dan perut berisi. Bayangan futuristikku ketika itu adalah aku bisa memperoleh beruang hidup yang lucu, gemas, dan menghangatkan. Beruntungnya, dia mengiyakan ajakan kencanku di salah satu toko buku di kotaku berada. 

Sejak saat itu, dia mulai mengajakku untuk menemaninya bermain futsal, menyapa aspal-aspal jalan pada Sabtu malam, berdiskusi tugas, dan memintaku membantu membersihkan kontrakannya. Sementara aku menata buku-buku yang terlempar di mana-mana, dia sibuk menggoreng nasi di dapur. Kalian tahu, kupikir aku dan Mantan adalah dua insan yang sempurna untuk bersama.

Karena kami aneh, begitulah teman-teman menilai kami, hubunganku bersama Mantan selama masa SMA bisa dikatakan menyenangkan. Tidak pernah terucap pisah meski pertengkaran selalu ada mewarnai. Selama pipinya masih berisi dan aku bisa mencubitnya, terasa semua kekesalanku kepadanya melebur pelan. Sampai akhirnya kami kembali disatukan di perguruan tinggi negeri yang sama. Aku semakin percaya bahwa Tuhan benar-benar ingin aku dan Mantan bersama. Judgement aneh kembali terlekat untuk hubunganku bersama Mantan, tapi aku senang karena itu berarti kami tidak berubah satu sama lain. Adakah pengganggu? Tentu saja ada, teman dekat laki-lakiku pernah menyatakan rasa sayangnya, begitu pun teman dekatnya. Namun, ikatanku dan Mantan tidak semudah itu lepas hanya karena teman yang tidak bisa menahan rasanya. 

Semester satu berjalan seperti jalan tol baru, lurus tapi tidak terlalu mulus. Perbedaan waktu kuliah, perbedaan pemicaraan mata kuliah membuat kami mulai menikmati bosan. Terkadang, aku pergi bersama teman dekat laki-lakiku hanya untuk mengeluhkan bosanku kepadanya. Begitu pun Mantan yang sering hang out dengan teman-teman yang salah satunya adalah si teman perempuan menjengkelkan yang pernah menaruh rasa padanya itu. Kemudian, kami bergantian saling mengalah untuk mulai menaruh prioritas hubungan kami lebih unggul daripada yang lain. "Selama masih ada burjo, cintaku selalu ada." Begitulah yang Mantan ucapkan ketika aku merengek cemburu karena dia memiliki banyak teman perempuan. 

Begitu banyak kata yang pernah terucap, tetapi dia memilih ini, break. Tidak ada alasan mendetail untuk menjawab "mengapa". Yang kutahu, dirinya tidak melanjutkan kuliah dan pindah ke PTS (Perguruan Tinggi Swasta) favorit di kotaku. Mengambil jurusan yang dia cita-citakan di sana membuatku menaruh hipotesis bahwa dia ingin sesuatu yang baru. Stagnan, normal, standar bukanlah gaya hidup yang ia mau. Meskipun bingung, kucoba yakin bahwa gagalnya hubungan ini tidak akan sesedih itu.

Aku memang tidak sebucin itu. Aku terlihat mencintainya sekadarnya, tetapi aku tidak pernah bercanda dalam menjalani hubungan. Untuk pertama kalinya aku merasa sesepi ini. Meski tidak banyak, rasa cinta kasihku sudah kupercayakan kepadanya. Namun, kini berbalik arah pun dia enggan. Doaku selalu berujar agar aku cepat bertemu fakta bahwa alasan melepaskanku adalah karena ada seseorang yang baru. Akan tetapi, nyatanya tidak. Satu bulan, tiga bulan, hingga kini satu tahun, baik aku maupun dia tidak sedang menjalin hubungan dengan siapa-siapa. Alasanku adalah aku tidak lagi bisa merasakan rasa dengan orang-orang lain maka tidak kupaksa. Sementara, alasannya? Aku, seluruh teman, dan anggota keluarganya pun tak tahu. Dia hanya berpesan agar aku bisa melepas dan mengganti alur, memaksaku untuk berhenti dan tidak lagi saling bertemu.

"Enggak bosen apa Lu, jomblo mulu!" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun