Mohon tunggu...
Theresa V Anui
Theresa V Anui Mohon Tunggu... Petani - mahasiswa fakultas pertanian dan bisnis UKSW

beauty is a light in the heart

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hanjeli Sebagai Sumber Pangan, Kearifan Lokal Kalimantan

12 November 2018   08:24 Diperbarui: 12 November 2018   08:43 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada umumnya masyarakat Indonesia makan nas sebagai sumber pangan utama. Penduduk indonesia semakin tahun semakin bertambah, kebutuhan akan pangan juga semakin bertambah. Jika indonesia hanya bergantung pada beras saja, Indonesia akan rawan dengan bencana kekurangan pangan. Dimana jika kita lihat iklim sekarang sudah  tidak menentu, dimana musim kering atau musim kemarau begitu panjang, sehigga petani padi sulit mendapatkan pengairan sawah, sedangkan di Indonesia sendiri, komoditas padi dominan di tunjang oleh padi sawah hanya sedikit yang dari padi tegalan. 

Oleh karena itu sudah saatnya kita memperkenalkan sumber pangan alternatif non beras sebagai sumber pangan nasional. Contohnya adalah pada daerah pedalaman kalimantan Indonesia yang mempunyai kearifan lokal berupa pangan yang sudah diturunkan secara turun temurun oleh nenek moyang berupa Hanjeli atau di kalimantan biasa di sebut dengan nama jelai.

Pada zaman ini, masyarakat mulai sadar akan kesehatan. Makanan yang dimakan bukan hanya dimakan asal kenyang tetapi juga ada pertimbangan aman dan bergizi, karena pangan yang sehat dan bergizi dapat berlangsungnya generasi yang sehat dan produktif. Bahan pangan lokal dari kalimantan berupa hanjeli ini dinilai dapat menjadi sumber pangan yag sehat, aman dan bergizi karena beberapa penelitian menemukan kandungan-kandungan yang baik untuk tubuh.

Hasil penelitian BB biogen pada tahun 2014, didalam 100 gram hanjeli terdapat karbohidrat (76,4%), Protein(14,1%), lemak nabati (7,9%) dan kalsium (54 mg). Jika dilihat pada kandungan hanjeli kadar proteinnya tinggi bahkan lebih tinggi pada kandungan protein pada komoditas gandum dan juga mengandung lemak nabati yang baik unutuk tubuh.

Suyadi (2015) berpendapat bahwa selain hanjeli lebih baik dari beras dalam hal nutrisi, hanjeli juga bermanfaat untuk pengobatan yaitu kanker, sistem reproduksi dan sistem pencernaan. Jika dilihat lingkungan tumbuh hanjeli menurut Suyadi (2015), Hanjeli adaftif pada ekosistem lahan kering, dapat bersaing dengan gulma. Melihat lingkungan tumbuh yang adaftif terhadap kekeringan dan gulma, hanjeli dapat menjadi solusi ketika musim kemarau dimana padi tidak bisa tumbuh optimal karena kekurangan air. Dapat juga menjadi solusi pada daerah-daerah yang dianggap tidak produktif karena ekosistemn kering, yang tidak bisa memproduksi pasi sama sekali.

Berbicara tentang sumber pangan yang baik. Menurut Departemen Pertanian (2007) pangan yang baik adalah pangan yang (1) tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk, (2)distribusi pangan lancar dan merata, (3). Konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kaidah kesehatan. Jika melihat pengertian ini, hanjeli menjadi prospek untuk menjadi sumber pangan.

Beberapa pengolahan hanjeli yang telah dilakukan untuk menunjang sebagai bahan pangan (1). Sebagai campuran beras; (2). Dimasak seperti halnya beras. (3).Sebagai campuran bahan sereal lain misalnya oatmeal; (4). Dibuat bubur hanjeli; dengan rasa manis; (5). Sebagai campuran kolak; (6). Difermentasi seperti tape.

Sumber:

file:///C:/Users/HP/Downloads/10-23-1-SM.pdf

file:///C:/Users/HP/Downloads/PotensiBudidayaKomoditasJela1%20(1).pdf

http://biogen.litbang.pertanian.go.id/wp/wp-content/uploads/kalins-pdf/singles/hanjeli-dan-potensinya-sebagai-bahan-pangan.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun