Hasil perawatan seorang jebolan kursus abal-abal tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dapat ditanyakan kepada dokter gigi terdekat bagaimana kondisi pasien setelah dipasangkan behel atau veneer abal-abal oleh salon gigi yang praktisinya adalah lulusan kursus abal-abal. Pasien-pasien ini datang ke dokter gigi setelah mendapatkan masalah terkait kondisi rongga mulutnya yang sudah rusak, ada yang dapat diselamatkan, tetapi ada pula yang tidak (harus dilakukan pencabutan gigi). Biaya yang dikeluarkan membengkak, gigi yang indah dan rapi tidak didapatkan, hanya membuat kantong bolong.
Dokter gigi dalam menjalankan praktiknya, akan selalu memperhatikan keselamatan diri sendiri, pasien, dan orang lain yang turut terlibat. Dokter gigi selalu menyimpan alatnya di dalam lemari khusus untuk menjaga kesterilan. Dalam menangani pasien, seorang dokter gigi memperhatikan posisi dan jarak dengan pasien. Posisi dan jarak yang baik dalam menangani pasien dapat melindungi dokter gigi dari gangguan tulang belakang, Mencegah kontaminasi silang antar pasien dengan dokter gigi, dan juga memberikan rasa nyaman kepada pasien.
Penegakan hukum terhadap kursus abal-abal ini belum cukup kuat dalam membasmi tindakan illegal dan merugikan masyarakat. Aparat penegak hukum sangat berperan penting dalam proses penegakan hukum, dibarengi dengan peran dinas kesehatan dalam mengungkap jaringan kursus abal-abal. Masyarakat juga perlu memahami dan berpikir kritis dalam membuat keputusan untuk menjalani perawatan kesehatan. Tidak perlu mencari yang asal murah, tetapi keselamatan diri juga turut dipertimbangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H