Mohon tunggu...
Prima Anugrahaningtyas
Prima Anugrahaningtyas Mohon Tunggu... Penulis - Hello readers :-)

Penulis dan Pembaca Buku : SEMANGAT GARIS KERAS (Gerakan Wajib Belajar Selamanya) by Anugrah Prima IG : @prima_everyday

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Babak Baru Sang Nahkoda Kemendikbud Dikti

23 Oktober 2019   23:30 Diperbarui: 25 Oktober 2019   14:33 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari yang dinanti telah tiba. Pengumuman jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju masa jabatan 2019-2024 oleh Presiden Joko Widodo telah terlaksana pada Hari Rabu, 23 Oktober 2019. 

Dunia pendidikan Indonesia juga sempat dikejutkan oleh salah satu nama yang muncul sebagai Mendikbud Dikti, yakni Mas Nadiem Anwar Makarim. Mengapa harus tersapa dengan sebutan "Mas"? Karena begitulah beliau mengajukan permintaan untuk lebih nyaman dipanggil "Mas" daripada "Bapak" ketika melakukan pidato pertama kalinya di Kantor Kemendikbud selepas resmi dilantik. 

Muncul berbagai pertanyaan, salah satunya mengenai mengapa harus seorang Nadiem yang didapuk sebagai Mendikbud Dikti ? Apalagi ranah pekerjaan yang akan dikerjakan adalah perihal pendidikan dasar, menengah, serta pendidikan perguruan tinggi (yang semula digabung dengan Kemenristek).

Background pendidikan Nadiem Makarim juga dinilai bukan jurusan yang linier dengan posisi saat ini, yaitu S1 Hubungan Internasional dari Brown University dan Master of Business Administration, Harvard University.

Mampukah seorang Nadiem Makarim menjalankan tugas barunya itu dengan latar belakang karir yang juga tidak ada kaitannya dengan dunia pendidikan ? Presiden Jokowi tentu telah memperhitungkan dengan matang berkenaan dengan keputusan yang sedikit kontroversial, terlebih dengan menempatkan sosok baru, kalangan profesional dan muda pada posisi tersebut. 

Studi kelayakan tentu tidak boleh dilalui dengan cara asal menerka, justifikasi apalagi meremehkan. Semua harus diihat berdasarkan fakta kinerja ke depannya. Kemampuan dalam mengatur yang sulit menjadi mudah, yang tidak mungkin menjadi mungkin serta yang biasa menjadi luar biasa sudah terbukti ketika beliau menjadi CEO Gojek maupun kemampuan lain pada karir sebelumnya.

Mungkin inilah yang menjadi pertimbangan khusus Presiden ketika menunjuk Nadiem dalam mengemban tugas. Diharapkan agar beliau juga mampu mengatur peran dari semua pihak di lingkungan institusi pendidikan menjadi kesatuan yang padu padan dan memacu laju pendidikan terdorong lebih maju dengan ide atau gagasan yang fresh dari keterwakilan sosok muda sebagai pengambil kebijakan. 

Tidak arif rasanya jika terlalu dini meragukan kemampuan Mas Nadiem di dunia pendidikan dan kebudayaan. Ibarat menonton suatu konser musik, tidak manusiawi kita jika ber-statement bahwa lagu dan suara si penyanyi tidak enak didengar padahal memulai bermusik dan bernyanyi saja belum.

Layaknya ketika melihat seorang pelajar yang baru mengenyam pendidikan di SMA, kita sudah judge pelajar tersebut tidak bisa lulus padahal dia baru masuk di hari pertama sekolah. Kita harus memiliki kedewasaan dalam menerima yang telah diputuskan sambil mengawal keberlangsungan kinerjanya. 

Bagi seorang mantan CEO  yang telah diakui kesuksesannya, memang tak mudah dalam memasuki babak baru kali ini. Apalagi jika harus menemui aturan protokoler kementerian yang serba formal dan pada akhirnya juga beliau bersedia untuk menyesuaikan diri.

Dalam pidato perdananya, seorang Nadiem Makarim menyampaikan bahwa akan menjadi murid yang baik untuk terus belajar, termasuk kepada para pendahulunya seperti Bapak Muhadjir Effendy dan Bapak M. Nasir. Kesanggupan menjalankan tugas sebagai menteri juga atas dasar suatu pemikiran yaitu cara paling efektif untuk bertransformasi adalah melalui pendidikan. 

Para generasi muda patut berbangga atas kepercayaan Presiden dalam memberikan kesempatan kepada yang muda untuk turut mengambil peran dan berkontribusi langsung kepada negara, terlebih dalam urusan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia yang kita tahu bahwa itu bukan pekerjaan mudah dan pasti akan menemui lika-liku serta tantangan yang relatif berat ke depannya. Namun optimisme dan dukungan kiranya pantas dihaturkan kepada beliau dalam menjalankan tugas barunya. 

Gebrakan, terobosan, serta strategi mutakhir sangat ditunggu demi kelangsungan proses pendidikan di Indonesia yang jauh lebih mapan. Peningkatan sumber daya manusia memang diakui berawal dari pendidikan. Mengingat selama ini, sebagian besar dari model pendidikan hanyalah berupa sending message.

Sesuai dengan pidato perdana Presiden Joko Widodo ketika pelantikan, bahwa segala proses birokrasi dipastikan tidak hanya sending, melainkan making delivered. Hal ini tampaknya juga berlaku di dalam institusi pendidikan. 

Mas Nadiem harus kerja ekstra hebat dalam menata kembali pola pendidikan di Indonesia meski memang harus dimulai dari nol. Memilih yang muda dimungkinkan agar lebih cekatan, enerjik, responsif, inovatif dan terstruktur. Penggabungan ranah Dikti pada Kemendikbud juga diharapkan agar semua program pendidikan dapat  berjalan optimal dan terpadu.

Keberpihakan Mas Nadiem kepada pemenuhan kebutuhan anak dan generasi penerus bangsa khususnya di daerah, sangat diperlukan. Hal ini juga membutuhkan konsep "kerja bareng" dengan para pendidik serta semua pihak yang terlibat di lingkungan pendidikan. 

Pendidikan tidak hanya melulu tentang materi pelajaran yang wajib disampaikan kepada para peserta didik, melainkan bagaimana cara memberikan teladan, aktivasi pendidikan moral dan karakter, serta menjadi jembatan bagi generasi penerus bangsa untuk mampu menemukan jati dirinya, sehingga mereka akan paham akan kemampuan, kecenderungan bakat, serta tujuan masa depannya.

Pendidikan bukanlah jalan pemaksaan atau ruang tuntutan bagi orang tua atau pendidik kepada anak, karena anak juga memiliki impian serta cita-cita mulia tersendiri untuk membentuk masa depan dengan bahagia, sehingga kebahagiaan itu akan mereka teruskan untuk generasi berikutnya. Dengan begitu, mengenyam pendidikan bukanlah momok menyeramkan bagi anak dengan segala ujiannya, juga bukan rutinitas penuh kebosanan yang harus mereka lakukan dengan keterpaksaan sebagai bentuk bukti bakti kepada keinginan orang tua.

Pendidikan seharusnya menjadi aktifitas menyenangkan yang selalu mereka rindukan. Berbahagia dalam menekuni sesuatu, fokus terhadap hal yang mereka minati, berintelektual yang tak meninggalkan adab, dan bebas menentukan masa depan tanpa keraguan. 

Indonesia memimpikan dunia pendidikan yang tak sekedar dinilai baik dari potret kulitnya saja, melainkan makna pendidikan secara substansi. Kekuatan masing-masing pihak untuk berbenah serta kebijakan yang sarat akan inovasi menuju peningkatan mutu sangat diharapkan. Sinergi yang utuh, terukur, dan terpantau akan mampu menjadi investasi sumber daya manusia yang lebih dari cukup.

Perjalanan dalam mengawal generasi penerus melalui pendidikan membutuhkan bantuan banyak pihak yang tidak sekedar mumpuni tetapi yang mampu bekerja dengan hati. Fasilitator pendidikan tidak hanya bicara soal kesejahteraan, tetapi juga melaksanakan tugas negara dengan keikhlasan dan penuh kesadaran akan kebutuhan anak sebagai tugas utama dan tentu mulia.

Pendidikan yang juga menemukan ruang keadilan. Adil bagi para peserta didik dan adil bagi para pendidik. Apresiasi dari pemangku kebijakan atau nahkoda pendidikan Indonesia (red : Mas Nadiem) juga dirasa perlu diberikan kepada mereka para pendidik yang berdedikasi dengan nyata. Keadilan bukan tentang semua mendapat fasilitas sama, melainkan paham siapa yang pantas diberi lebih dan siapa yang tidak. 

Kepada Mas Nadiem Anwar Makarim, muda saja tidak cukup. Kami butuh sosok muda yang penuh inovasi nyata dan bijak dalam berkeputusan. Kami perlu pergerakan yang aktif serta berorientasi pada masa depan yang lebih baik. Kami menaruh harap pada roda pendidikan yang terorganisir dan senantiasa berpihak pada kemampuan anak, bagaimanapun bentuk kemampuan itu sendiri.

Kami menanti perubahan pola pendidikan yang strategis  dan tepat sasaran. Yang jelas kami juga lelah dengan berbagai kurikulum yang meski sudah silih berganti, namun hasilnya pun tetap pada kondisi yang begitu-begitu saja. 

Tentu kami tidak hanya hadir untuk memberimu berbagai tuntutan, tetapi yakinlah bahwa para praktisi dan pejuang pendidikan siap membantu jika dibutuhkan. Kita ciptakan suasana pendidikan yang saling memerdekakan satu sama lain. Bukan yang mengekang apalagi menakut-nakuti. Menikmati pendidikan dengan bahagia dan bangga menjadi insan yang terdidik akal serta hatinya. Bahagia menjadi dirinya sendiri dan bangga menjadi bagian dari pelajar Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun