Mohon tunggu...
Aliy Nugroho
Aliy Nugroho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

melihat dunia, berbagi kebahagiaan, canda tawa, keceriaan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Because It’s There

5 Agustus 2010   17:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Because It’s There”, sejumput kata yang menjadi sangat popular bagi para pendaki gunung (penggiat olahraga alam pada umumnya), “karena dia disana”, jawaban yang sederhana lugas dan mencerminkan sebuah keadaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata lagi ketika muncul pertanyaan “kenapa anda naik gunung?”, "ngapain menggadai nyawa untuk manjat tebing curam itu?", dan berbagai pertanyaan lain. “Because it’s there” adalah 3 kata yang diungkapkan George Leigh Mallory, saat ditanya oleh New York Times alasan Mallory mendaki Mount Everest pada awal 1920-an. Jawaban yang memang menggambarkan bahwa Mallory tak memiliki alasan yang lebih logis selain bahwa Mount Everest memang ada di muka bumi, hohohohoooo.... Mountaineering atau lebih dikenal dengan pendakian gunung dalam bahasa sehari-hari, bagi sebagian orang tampak seperti aktivitas yang konyol. Saat sebagian besar orang sedang terlelap berselimut dalam kehangatan di atas tempat tidur pada musim hujan, para pendaki gunung biasanya sedang bergelung diiris udara dingin yang setajam pisau, atau berselimut mantel yang tetap tak mampu menjaga tubuh tetap kering saat hujan turun. Saat sebagian orang sedang menikmati berkumpul dengan keluarga dirumah, sebagian lain pendaki memacu otot dan otak menapaki permukaan bumi yang miring setapak demi setapak menuju puncak. Dan hanya sebagian kecil dari pendaki gunung yang dapat menceritakan alasan mendaki gunung, sebagian besar lainnya bisa dikatakan sepakat dengan Mallory. Pendakian gunung hanyalah salah satu dari berbagai aktivitas yang biasa disebut “outdoor activities”. Arung jeram, penelusuran gua, panjat tebing, penelusuran pantai, jelajah hutan, diving, snorkeling, sampai sekedar jalan2 wisata yang popular dengan istilah “backpacking”. Berbagai aktivitas tersebut identik dengan kenikmatan bercumbu dengan alam, namun memang pendakian gunung (bagiku) memiliki nilai ‘spiritualitas’ yang berbeda. Ketenangan yang tercipta di puncak sebuah gunung, menghayalkan damainya mayapada yang diceritakan dalang, dan sejenak bisa menjadi pintu kematian saat lengah. Anginnya yang dingin menusuk tulang, ngilu, namun memberikan ketenteraman yang luar biasa. Sengat matari yang membakar kulit, sejenak akan menjadi sinar kehangatan yang meredakan batin dari kepenatan. Hanya beberapa gunung yang pernah kudaki, itupun gunung dengan ketinggian di atas 3000mdpl dan tak lebih dari 3500mdpl, tapi saya selalu mencintai hal-hal yang berkaitan dengan gunung, cerita-cerita tentangnya, eksotisme gunung,sampai tragedi-tragedi pada pendakian gunung, Touching the Void,  Into Thin Air, Three Cups of Tea, sampai kisah anak negeri nan mengharubiru pada cerita perjalanan Soe Hok Gie dan Norman Edwin. *foto pendakian Gunung Slamet lintas jalur Guci-Baturaden, 2004* Hingga sampai saat ini, saat waktu susah berkompromi dengan keinginan, hasrat untuk menikmati eksotisme gunung dengan hutan pada bukit dan lembahnya masih menggebu-gebu, entah sampai kapan bisa benar terwujud keinginan itu. Dan tak terbayang pula apakah badan yang telah begitu rapuh digerogoti aktivitas harian ini bisa toleran diajak berlelah barang sejenak. Yang pasti, tak akan luntur kecintaanku pada gagahnya gunung yang menjulang tinggi, yang tegar menantang badai hidup. Dan untuk itu, hanya ada satu alasan, “because it’s there”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun